Visi & Misi

Visi
Menjadikan siswa berakhlak karimah, berprestasi akademik optimal.

Misi
Menjadikan lembaga pendidikan Islam yang layak dan mudah di contoh.

Dengan senantiasa meneladani Rasulullah Saw, mari tingkatkan terus semangat berbudi sekaligus berprestasi internasional

Jumat, 27 Maret 2009

Potong Kuku Pun Berpahala

Oleh : Muniroh, Guru SDBI Al Hikmah

Tangan anda pernah dipukul dengan penggaris oleh guru gara-gara kuku panjang? jika pernah, maka anda mengalami nasib yang sama dengan saya. Tapi itu dulu sekali ketika saya masih ada di bangku SD dan SMP. Bukannya tidak tahu bahwa membiarkan kuku panjang dan hitam itu jorok, tapi ya...namanya juga masih anak-anak. Banyak lupanya sama hal yang begituan karena yang ada di benak anak-anak ya cuma main, main dan main. Begitu tiba-tiba di sekolah kepala sekolah mengadakan razia kuku ke setiap kelas, baru deh bingungnya bukan main. Biar tidak kena pukul, berbagai macam cara dilakukan. Ada yang cepet-cepet kukunya dipotong pakai gunting (gunting biasa, karena gunting kuku masih langka saat itu), ada yang pakai silet, dan jalan terakhir kalau terpaksa tidak ada gunting dan silet, ya pakai gigi. Itu pun kalau keburu. kalau ga' keburu, "ndakk!" alamat deh kena pukul garisan panjang.


Bisa jadi di beberapa sekolah hal tersebut masih anda jumpai sampai saat ini. Padahal sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Satu hal yang saya pelajari dari sekolah tempat saya sekarang mengajar, bahwa ada cara yang lebih baik untuk membuat anak-anak mau memotong kuku tanpa harus dipaksa atau ditakut-takuti dengan pukulan. Yaitu melalui pembiasaan. Dan sejauh yang saya amati itu lebih efektif daripada melalui ancaman dengan pukulan.

Namun, pembiasaan yang seperti itu tidak instan. Anak-anak terlebih dahulu diberi pengertian tentang betapa pentingnya memotong kuku. Terlebih lagi bagi seorang muslim memotong kuku merupakan salah satu fitrah dan sunnah rasul yang mesti senantiasa dilakukan di setiap hari jum'at. Artinya memotong kuku adalah bagian dari ibadah. Dan otomatis karena itu ibadah berarti kalau dilakukan dengan ikhlas pasti dapat pahala. Dalam Islam juga seringkali digemborkan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Bagaimana imannya jadi baik kalau menjaga kebersihan kuku saja tidak bisa.

Seiring dengan pemahaman hal tersebut terhadap anak-anak, pembiasaan juga dilakukan dengan kontrol yang baik, konsisten dan kontinyu dari para guru.

Jika anda datang ke sekolah saya pada hari jum'at pagi, maka saya dapat pastikan anda akan menjumpai beberapa anak-anak tanpa diperintah mereka akan menunjukkan kedua tangannya kepada ustad/ustadzah yang telah berdiri di ambang pintu untuk menyambut kehadiran mereka di kelas. Bagi mereka yang merasa kukunya belum bersih dengan sendirinya mereka akan minggir untuk tetap berdiri di luar untuk memotong kuku sampai bersih. jika tidak punya pemotong kuku sendiri, mereka akan sabar menunggu temannya selesai memotong agar dapat bergantian meminjam pemotong kukunya. Pemandangan ini akan anda jumpai di setiap jum'at pagi.

Apakah ada rasa takut tampak di wajah mereka yang berada di luar? saya pastikan tidak akan ada. Karena memang mereka tidak sedang dihukum. Mereka hanya perlu memotong kuku mereka sampai bersih dalam rangka menunaikan sunnah rasul di setiap hari jum'at, kemudian mereka dapat masuk kembali ke kelas seperti biasa. Kadang bagi sebagian mereka yang sudah mulai tumbuh remaja dan ingin memelihara kuku yang panjang yang indah sebagaimana tren yang ada, kegiatan ini jadi tidak menyenangkan. Mereka akan mencoba merayu ustadz/ustadzahnya untuk diizinkan memelihara kuku panjang. Di sinilah tugas ustadz/ustadzah untuk meyakinkan kembali mereka, dan biasanya selalu berhasil. Pada akhirnya mereka akan memotong kuku mereka meskipun harus melalui diskusi panjang.


Andai dari dulu saya tahu bahwa potong kuku berpahala pasti saya akan dengan senang hati melakukannya, tanpa harus kena pukul penggaris panjang. Aduh, sakit! seakan-akan sakitnya masih terasa sampai hari ini.

Sebagai bahan renungan, baginda Rasul saw. pernah bersabda:

"Fitrah manusia ada lima yaitu dikhitan (disunat), mencukur rambut kemaluan, menggunting (merapikan) kumis, memotong kuku (kuku tangan dan kaki) serta mencabuti bulu ketiak." (HR. Bukhari)


"Wahai Abu Hurairah, potonglah (perpendek) kuku-kukumu. Sesungguhnya setan mengikat (melalui) kuku-kuku yang panjang." (HR. Ahmad)


Tidak ada komentar:

kontak via email : sdalhikmah@gmail.com