Mochamad Ridwan, S.Pd. *)
Begitu banyak tulisan atau buku bertemakan tentang pendidikan yang ditulis oleh seorang pakar pendidikan ataupun orang yang berkompenten dalam dunia pendidikan. Tetapi sangat jarang tulisan maupun buku-buku yang bertemakan pendidikan dikarang atau ditulis oleh seorang guru biasa. Artinya peran serta guru dalam menyumbangkan pikiran maupun ide mereka tidak disalurkan dalam bentuk tulisan.
Masih segar ingatan kita selama masa kuliah, begitu banyak tugas-tugas yang menuntut kita untuk membuat suatu tulisan, misalnya dalam laporan kunjungan, laporan praktek mengajar dan yang paling menentukan dalam kelulusan yakni karya tulis ilmiah atau skripsi. Akan tetapi setelah bertahun-tahun lulus dari bangku kuliah, kita seakan lupa akan proses pembuatan karya tulis seperti tersebut diatas. Apalagi rutinitas dan aktifitas mengajar adalah suatu pekerjaan yang sudah banyak menyita waktu. Dan hasilnya seorang guru terjebak dalam rutinitas belaka tanpa berusaha mengembangkan diri.
Dari para finalis lomba Karya Tulis Guru Tingkat Nasional tahun 2007 lalu yang diadakan Departemen Pendidikan Nasional, Propinsi Jawa Timur hanya mampu mengirimkan 23 finalis. Jumlah ini tidak sesuai dengan penghargaan Jawa Timur dalam perannya mengentaskan WAJAR 9 tahun oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Sedikitnya finalis LKTG Tingkat Nasional ini meyakinkan argumen saya tentang budaya membaca dan membuat karya tulis atau menulis untuk guru di Jawa Timur rendah sekali. Mengapa bisa begitu ?
Mengapa harus menulis
Pernyataan Prof Rahman menyentak hati nurani kita sebagai guru. Apakah kita sudah berkualitas? Tentu jawaban ini terserah pada masing-masing individu. Tetapi boleh saya mengargumentasikan kondisi pendidikan kita beberapa tahun kedepan. Saat ini dunia pendidikan atau masalah pendidikan adalah masalah yang sekian dari permasalahan negara ini. Anggaran pendidikan dalam APBNpun 20 % dari rencana awal dalam UU Sisdiknas masih tersendat-sendat. Tetapi untuk menyenangkan guru, pemerintah menjadwalkan agenda sertifikasi guru. Sertifikasi ini tujuannya adalah menjadikan guru Indonesia yang terampil, kompenten, dan profesional. Untuk menuju kesana dibutuhkan syarat-syarat yang ketat dari calon penerima sertifikasi. Satu diantaranya adalah pengembangan diri termasuk pernah membuat karya tulis, buku, artikel, ataupun laporan penelitian. Diharapkan dengan pengembangan diri seorang guru ini pengetahuan keilmuan yang terdapat di dalam diri seorang guru bisa di merger dengan peserta didik.
Menulis dan membuat karya tulis pada dasarnya adalah berawal dari membaca. Seorang guru yang merasa sudah pintar dan tidak mau membaca memperbarui ilmunya, maka guru tersebut ketinggalan 1000 langkah dari muridnya. Ibarat kata murid sudah sampai Amerika Serikat dengan naik pesawat super cepat, sedangkan guru baru saja meninggalkan halaman rumahnya menuju Amerika Serikat dengan naik Sepeda Onthel. Dengan membaca, maka guru akan menemukan sesuatu yang baru pada dirinya. Sesuatu ini diharapkan mampu membuat dirinya lebih percaya diri, terutama terhadap muridnya. Membaca pula akan menemukan permasalahan–permasalahan baru sehingga perlu dengan cepat menyelesaikannya. Atau sebaliknya bagi guru yang menemukan permasalahan-permasalahan akan cepat terselesaikan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari membaca. Nah, bagi seorang guru yang sering dan gemar membaca akan selalu merasa tidak ketinggalan dengan ilmu yang dimiliki muridnya. Jangan dikira murid kita sekarang adalah benda hidup yang mati atau dalam bahasa kasar adalah murid-murid itu identik dengan bodoh belum tahu apa-apa. Di zaman yang serba mutakhir ini, semua akses bisa dimengerti dan dipahami murid-murid kita, walaupun mereka di jenjang SD.
Tetapi apakah kita harus mewujudkan anggaran 20 % dulu dari pemerintah, kemudian baru menciptakan suatu yang menggemparkan ? Pepatah yang tidak asing lagi ditelinga kita bisa adalah karena biasa adalah sangat cocok untuk diterapkan dan digunakan kita sebagai guru. Karena pembiasaan diri maka kita akan bisa mencapai cita-cita. Membaca adalah kunci sukses dan kemudian menuliskan kembali hasil membaca adalah kunci pengembangan diri seorang guru. Membiasakan menulis juga adalah salah satu bentuk aktualisasi ide-ide cemerlang dari seorang guru yang bermanfaat bagi dirinya dan sudah barang tentu bermanfaat bagi murid-muridnya. Sedikitnya manfaat yang diperoleh guru membuat karya tulis adalah (1) meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengajar dan mendidik; (2) mendayagunakan dan memanfaatkan hasil kerja kreatif pendidik semaksimal mungkin; (3) meningkatkan produktifitas publikasi ilmiah pendidik; (4) point untuk sertifikasi atau kenaikan pangkat/golongan. Kalau kita sudah bisa mengambil manfaat dari pembuatan karya tulis maupun tulisan, diharapkan apa yang dikatakan Prof. Arif Rahman di atas akan terwujud. Pendidikan bangsa Indonesia akan baik kalau guru-guru Indonesia berkualitas.
Masalah apa yang perlu ditulis ?
Sangatlah mudah mencari masalah untuk ditulis sebagai karya tulis kita. Semisal di sekitar aktifitas kita sehari hari yakni masalah-masalah selama mengajar di kelas. Kita bisa menulis tentang penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang didasarkan pada identifikasi masalah nyata dan faktor-faktor penyebab masalah aktual yang dihadapi pendidik dalam pembelajarannya. Jadi penelitian ini didasarkan dari permasalahan-permasalahan riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru. Menurut Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum. kajian dalam penelitian ini meliputi masalah pembelajaran, desain dan strategi pembelajaran, alat bantu, media dan sumber belajar, sistem asesmen proses dan hasil pembelajaran, dan pengembangan pribadi peserta didik dan pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas sendiri jarang sekali dilakukan oleh pendidik, padahal pendidik atau guru adalah orang yang terjun langsung setiap hari menangani siswa. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran; membantu pendidik mengatasi masalah pembelajaran secara terncana dan berkelanjutan; meningkatkan kerja sama profesional diantara pendidik disemua jenjang dan jalur pendidikan; dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan pendidik, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pembelajaran secara berkelanjutan. Dengan tujuan di atas kita bisa meraba-raba apa yang akan ditulis nantinya. Misalnya mengambil judul tentang peningkatan kemampuan menulis siswa kelas 5 SD Al Hikmah Surabaya dengan pendekatan komunikatif.
Masalah lain yang bisa dijadikan bahan untuk membuat karya tulis atau menulis adalah masalah-masalah atau peristiwa yang terjadi disekitar kita. Guru dituntut untuk mengetahui kondisi sekolah beserta isinya, juga dituntut mengetahui kondisi disekitarnya. Dalam hal ini guru diharapkan memiliki sikap proaktif terhadap apa yang terjadi dilingkungannya. Kajiannya bukan hanya masalah pendidikan tetapi luas sekali bisa mencakup masalah sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Sebagai contoh menulis masalah budaya, lebih spesifik tentang mengangkat kesenian Kuda Lumping. Kita bisa menulis sisi sejarahnya, pemainnya, ataupun bentuk permainnya. Hasil tulisan ini bisa dibuat sebagai media pembelajaran, ataupun dijadikan sebuah artikel yang mengangkat masalah budaya. Dampaknya tentu luar bisa bagi semua kalangan dengan hasil tulisan ini. Gampang kan?
Kapan harus menulis ?
Pemasalahan berikutnya adalah kapan kita bisa menuangkan ide-ide dalam bentuk karya tulis atau tulisan ? Adalah pada dasarnya dari diri kita sendiri. Guru yang mau maju pasti bisa walaupun setiap hari banyak sekali rutinitas yang harus dikerjakan. Kalau berbicara masalah sibuk tentu semua guru di Indonesia pasti sibuk. Tetapi diantara kesibukan kita pasti ada waktu luang atau kosong yang bisa kita manfaatkan. Sebagai contoh dalam melakukan penelitian tindakan kelas, kita melakukan penelitiannya di dalam kelas, disaat mengajar. Di saat mengajar itu kita memantau kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi siswa, metode apa yang bisa digunakan dalam menyampaikan materi, atau media apa yang seharusnya digunakan. Dengan demikian waktu lain yang semestinya untuk keluarga, tidak tersita banyak dalam membuat suatu karya tulis. Semoga kita semua bisa menjadi guru yang profesional dan berprestasi.
*) Guru SDBI AL Hikmah Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar