Visi & Misi

Visi
Menjadikan siswa berakhlak karimah, berprestasi akademik optimal.

Misi
Menjadikan lembaga pendidikan Islam yang layak dan mudah di contoh.

Dengan senantiasa meneladani Rasulullah Saw, mari tingkatkan terus semangat berbudi sekaligus berprestasi internasional

Sabtu, 03 April 2010

Terapi bagi Si Gagal Unas*)

Mohammad Efendi **)

Tulisan ini, tulus, mengingatkan sekolah untuk menyiapkan program terapi bagi siswa yang gagal Unas. Ini sebagai langkah antisipatif, bila ada siswa mereka yang tak mampu meraih nilai minimal kelulusan. Tak dapat dipungkiri lagi, hal ini kurang mendapat perhatian dari sekolah. Umumnya, sekolah terpaku pada persiapan sukses Unas saja. Berbagai langkah untuk membuat anak terampil mengerjakan soal digelar. Mulai dari memforsir jam belajar di sekolah dengan pelajaran yang diujikan dalam Unas, yang akibatnya, meminggirkan pelajaran yang lain. Juga mengadakan  beberapa kali try out, baik secara internal maupun bekerja sama dengan lembaga lainnya. Sampai pada penguatan spiritual siswa, seperti melalui shalat hajat, istigotsah, dan doa bersama.

Usaha-usaha tersebut merupakan upaya sekolah untuk meluluskan semua siswanya dari jaring-jaring Unas. Selain juga, tentu untuk meningkatkan daya saing sekolah tersebut dengan sekolah yang lain. Karena hingga kini, parameter teratas keunggulan sekolah di Indonesia masih berkutat pada hasil Unas. Bila hasil Unas sekolah mereka jeblok, siapa yang mau mendaftar di sekolah mereka? Karena sekolah mereka akan terstigma sebagai sekolah tak berkualitas. Namun sebaliknya, bila hasil Unas moncer, dapat dipastikan, tahun depan sekolah tersebut tak perlu susah payah menjaring siswa dan wali murid. Nasib ini terutama dialami oleh sekolah swasta.
Pada satu sisi, usaha tersebut patut mendapatkan apresiasi dan dukungan. Namun, bila takdir berkata lain, ternyata ada satu, beberapa, atau bahkan banyak siswa sekolah tersebut yang tak lulus Unas, siapkah sekolah untuk mengatasinya? Mengatasi maksudnya, memberikan pendampingan dan terapi untuk mengatasi efek psikologis imbas dari ketidaklulusan yang diderita siswa. Tidakkah mereka juga memerlukan program terapi psikologis untuk menaikkan mental mereka yang runtuh? Bila program ini tak didesain sejak dini oleh sekolah, sungguh kasihan nasib siswa gagal Unas.
Seperti yang kita ketahui, siswa yang gagal Unas akan merasakan dirinya laksana pohon tumbang. Kepercayaan dirinya akan luluh lantak. Meskipun mereka termasuk anak periang, bila saat pengumuman ia tak  mendapatkan namanya dalam daftar siswa yang lulus, dapat dipastikan, keceriaannya akan luruh, berganti dengan duka nestapa. Rasa malu luar biasa mendera batinnya. Mereka merasa bodoh, tak berharga. Jangankan berjalan tegak, keluar kamar pun mereka tak kan kuasa. Karena mereka merasa, setiap pasang mata yang melihat mereka memfonis mereka sebagai anak bodoh. Karena itu, tak heran bila hari penguman hasil Unas selalu diwarnai kegaduhan. Seperti lazim dimuat di koran-koran, pada saat pengumuman hasil Unas, baik tingkat SMP maupun SMA, ada sebagian siswa yang menagis meraung-raung, bahkan pingsan, karena tak lulus Unas.
Sebagai contoh, tengok pengumuman kelulusan di SMA PGRI I Ngawi tahun lalu. Usai pengumuman, 9 siswa pingsan karena dinyatakan tak lulus Unas. Mereka harus mengikuti Ujian Kejat Paket C. Di SMK Negeri 3 Palangkaraya, belasan siswa jatuh pingsan di lapangan sekolah itu setelah dinyatakan tidak lulus Unas tahun lalu. Kepala sekolah tersebut, Rinaningsih, mengaku sangat terpukul dengan banyaknya siswa-siswi di sekolahnya yang tidak lulus pada Unas 2009 yang mencapai 55 siswa.  Tak hanya pingsan, frutasi akibat gagal Unas bahkan membuat Fitri Ismawati nekat mau bunuh diri. Siswi SMK swasta di Gunungkidul, Yogyakarta ini tidak kuat menanggung malu terhadap teman dan tetangganya. Ia berusaha mengakhiri hidupnya dengan cairan pembersih lantai.Untungnya, nyawa Fitri bisa diselamatkan. Itulah fakta yang tersaji dan berulang kurang lebih sama, tiap tahun.
Pada tahun ini Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan nilai rata-rata standar kelulusan pada Ujian Nasional minimal harus 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan. Dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran. Dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Khusus untuk SMK nilai ujian praktik kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata Unas. Pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud di atas.
Penyelenggaraan Unas dibagi menjadi tiga model, Unas utama, Unas susulan dan Unas ulangan. Unas utama untuk tingkat SMP dimulai pada 29 Maret-1 April 2010, sedangkan Unas susulan dimulai pada 5-8 April 2010, sementara Unas ulangan dilaksanakan pada 17-20 Mei 2010. Sedangkan untuk tingkat SMA/MA, jadwal Unas utama pada 22-24 Maret 2010. Sedangkan Unas susulan pada 29-31 Maret 2010. Disusul Unas ulangan digelar pada 10-12 Mei.
Pada tahun lalu, meski tergolong grade A, angka ketidaklulusan Jatim tingkat SMP/MTS mencapai 15.978 dari 510.033 peserta. Bagaimana gambaran tahun ini? Pada tahun ini, Potensi ketidak lulusan di Surabaya tahun ini sangat besar. Hal itu dapat dibaca dari hasil try out yang digelar Diknas Surabaya. Baik ingkat SMP/MTs maupun SMA/MA. Pada tingkat SMA/MA, ketidak lulusan mencapai hampir 75 persen. Bahkan, terdapat puluhan sekolah yang siswanya tak lulus 100 persen. Setali tiga uang dengan SMA/MA, hasil try out SMP/MTs pun tak jauh beda. Ada 20.067 siswa atau 58 persen yang terkategori tak lulus. SMP plat merah menyumbang besaran 3.321 sedangkan sekolah swasta 16.756 siswa. Try out ini diikuti 42 sekolah negeri dan 250 sekolah swasta.
Mengingat itu semua, tidakkah sekolah membuka mata, bahwa mempersiapkan program terapi pagi siswa yang gagal Unas, juga sama pentingnya dengan program sukses Unas? Tidakkah kejadian yang selalu berulang tiap tahun, mampu menggerakkan sekolah untuk tak hanya siap untuk merasakan “nikmatnya sukses” siswa saat lulus Unas, namun juga “bersedia mendampingi” siswa kala siswa terpuruk mentalnya karena gagal Unas? Karena itu tak adil kiranya bila sekolah tak mendesain terapi ini, sebaik sekolah mendesain persiapan sukses Unas.
Sebenarnya, Dinas Pendidikan Kota Surabaya dapat mengambil peran lebih besar dan proporsional dalam hal ini. Bila tahun ini, misalnya, lembaga pimpingan Bapak Sahudi sanggup melaksanakan try out persiapan Unas se-Surabaya, pasti dapat pula beliau menggagas semacam sentra pelayanan psikologis bagi siswa gagal Unas. Tugasnya, memberikan konsultasi bagi sekolah, guru, wali murid, maupun siswa, berkaitan dengan imbas ketidaklulusan Unas.  Tim ini hendaknya terdiri dari para psikolog yang sabar dan mampu mentransformasikan ilmunya kepada guru-guru di sekolah. Mereka dapat menyusun panduan praktis-aplikatif, bagi sekolah dan guru agar mereka mampu mengebalikan kondisi mental yang terguncang akibat gagal Unas. Karena, bila tanpa panduan dari orang-orang yang ahli di bidangnya, guru tak punya kompas untuk melakukan terapi dan pendampingan secara benar. Mungkin, secara naluriah, guru akan berusaha untuk melakukan pendampingan. Karena bagaimanapu, siswa yang tidak lulus itu adalah anak didiknya. Namun, bila tanpa tarining dan arahan yang benar, langkah yang diambil hanya akan berjalan atas intuisi dan perkiraan belaka. Dan tentu, hasilnya akan beda bila ia telah dapat pelatihan sebelumnya.
Tulisan ini tidaklah hendak mendiskreditkan Unas sebagai biang kegoncangan psikologis siswa. Sungguh tidak. Namun hendaknya kita semua mampu melihat, bahwa ada yang belum terjamah dalam program pendidikan kita yang berkaitan dengan penyiapan Unas bagi siswa. Yaitu menyiapkan terapi yang mujarab bagi siswa yang gagal Unas. Agar mereka tetap kembali fit seperti kondisi semula, lalu bisa mengikuti Unas Ulangan dengan baik. Bila mereka masih dalam kondisi tertekan perasaannya, lumpuh percaya dirinya, tak mungkin mereka dapat mengikuti Unas Ulangan dengan baik. Bahkan mungkin, karena tak maksimal mengerjakan, mereka justru akan terjerembab dalam kegagalan untuk kedua kalinya. Hal itu amat mungkin terjadi.
Akhirnya, bila itu terjadi pada anak kita, masihkah kita menganggap ini tidak penting?

* Tulisan ini dimuat di kompas, 23 Maret 2010
**) Pendidik di YLPI Al Hikmah Surabaya
efendialhikmah@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

kontak via email : sdalhikmah@gmail.com