Visi & Misi

Visi
Menjadikan siswa berakhlak karimah, berprestasi akademik optimal.

Misi
Menjadikan lembaga pendidikan Islam yang layak dan mudah di contoh.

Dengan senantiasa meneladani Rasulullah Saw, mari tingkatkan terus semangat berbudi sekaligus berprestasi internasional

Senin, 13 September 2010

Bahagia saat bersilaturahim pasca bulan Ramadhan

Kebersihan jiwa yang tercipta oleh ibadah puasa selama sebulan penuh akan lebih sempurna jika diiringi dengan pembersihan diri dari hak-hak orang lain. Dosa kepada Allah telah ditebus dengan ibadah dan tobat selama sebulan penuh, kini saatnya meleburkan dosa-dosa yang mungkin pernah melekat di tubuh teman dan saudara, dan hal tersebut tidak ada cara untuk menghapusnya kecuai dengan saling meminta maaf dan saling mendoakan.

Dalam sebuah hadits riwayat Salman al-Farisi Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا لَقِيَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فَأَخَذَ بِيَدِهِ تَحَاتَّتْ عَنْهُمَا ذُنُوبُهُمَا، كَمَا تَتَحَاتُ الْوَرَقُ مِنَ الشَّجَرَةِ الْيَابِسَةِ فِي يَوْمِ رِيحٍ عَاصِفٍ، وَإِلا غُفِرَ لَهُمَا، وَلَوْ كَانَتْ ذُنُوبُهُمَا مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Seorang muslim ketika bertemu dengan saudaranya seiman, lalu diambilnya tangan saudara bersalaman, maka dosa-dosa keduanya berjatuhan laksana jatuhnya daun-daun dari pepohonan kering di saat angin berhembus, dosa-dosa keduanya diampuni meskipun sebanyak buih lautan” (Thabrani).
Banyak cara untuk meminta maaf kepada siapa saja yang dikenal, dan pada beberapa hari menjelang dan pasca Idul Fitri banyak orang disibukkan oleh kegiatan mengirim kartu lebaran, membalas sms yang berisi ucapan selamat idul fitri; dari saudara, teman, sahabat, mitra bisnis, bawahan atau bahkan atasan.
Bisa jadi sampai beratus dan bahkan ribuan sms masuk ke hand phone, tergantung pada keluasan jaringan silaturahim yang telah dibangun oleh masing-masing orang. Memang capek, letih kadang sampai bosan membaca dan menjawab ucapan selamat itu, namun semua itu menggambarkan betapa pentingnya kegiatan itu dan bahagianya dapat menjalin silaturahim yang dilakukan oleh saudara, kenalan, teman yang pada hari idul fitri tidak berkesempatan bertemu muka.
Namun sekalipun demikian, jalinan silaturahim melalui saling kunjung berkunjung terhenti atau sudah merasa cukup dengan saling berbalas sms. Namun hendaknya berkunjung dan silaturahim harus tetap dilaksanakan, sesuai dengan karena hal tersebut merupakan bagian yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ada juga sebagian anggota masyarakat yang melakukan acara kumpul bareng di salah tempat; Masjid, mushalla, hall dan yang lain-lain yang mana acara ini lebih dikenal dengan halal bi halal, boleh jadi maksud ini adalah satu sama lainnya saling menghalalkan (memaafkan) segala kesalahan, sehingga diantara mereka tidak ada lagi dosa.
Dalam hadits disebutkan, nabi saw bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang bahagia dan senang, dimurahkan rezkinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah menjalin silaturahim”.
Dalam hadits lainnya juga disebutkan, Nabi bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia bersedia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (Bukhari)
Begitupun dalam hadits disebutkan:
ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“cintailah mereka yang di bumi, maka engkau akan dicintai oleh Zat yang di langit”.
Dua hadits diatas adalah di antara sekian banyak hadits-hadits lainnya yang menganjurkan dan bahkan mendorong umat manusia untuk menjalin silaturahim ini. Hubungan antara sesama muslim dan mukmin dalam Islam digambarkan sebagaimana satu tubuh, maka jika bagian satu sakit maka yang lain akan merasakannya, begitu pula sebaliknya.
Dan yang lebih penting lagi untuk dipahami adalah bahwa Idul Fitri akan memberikan makna besar manakala dalam bersilaturahim; berkunjung ke saudara, famili, kolega atau kenalan. Bahkan juga tatkala mudik ke kampung halaman lalu melakukan silaturahim; mampu melahirkan kesadaran berta’aruf (saling berkenalan), lalu berlanjut pada tafahum (saling memahami), tadhammun (saling memberikan jaminan untuk membantu), tarohhum (saling mengasihi), takaful (saling bergotong-royong) dan berujung pada ta’awun (saling tolong menolong) di antara kelompok sosial yang berbeda itu; yang berada membantu yang kebetulan belum beruntung dari sisi ekonominya, yang berada dalam kelapangan memberikan solusi kepada saudaranya yang sedang diliputi kesusahan dan kesulitan, yang mengalami kegembiraan karena mendapat bonus atau lain sebagainya maka dapat memberikannya kepada orang yang sedang mengalami kesedihan dan lain-lainnya.
Setidak-tidak setelah idul fitri menyerukan berbagai gerakan untuk mengatasinya, maka itulah sesungguhnya yang dituntut oleh ajaran Islam, agar dijalankan oleh kita semua sebagai orang yang telah mendapatkan gelar mulia, yaitu taqwa. Silaturahim baru bermakna sosial jika, setidak-tidaknya hati kita menjadi merasa tersentuh tatkala menyaksikan sesama saudara kita sebangsa ini, sebatas memenuhi kebutuhan berteduh, berpakaian pantas dan makan bergizi saja setelah merdeka tidak kurang dari 60 tahun, belum terlaksana. Inilah sesungguhnya esensi ajaran kemanusiaan yang seharusnya kita dapatkan melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Implementasi nilai-nilai sosial dalam Islam seperti itu, bukan berlebihan. Sebab, dalam suatu riwayat kita tatkala memasak yang dimungkinkan aromanya tercium ke rumah tetangga, maka dianjurkan untuk memperbanyak kuahnya, agar bisa dibagikan ke tetangga yang mencium aroma masakan itu.

sumber: http://www.al-ikhwan.net/bahagia-bersama-ramadhan-19-bahagia-saat-bersilaturahim-pasca-bulan-ramadhan-4016/

Tidak ada komentar:

kontak via email : sdalhikmah@gmail.com