Dikumpulkan Senin, 21 Desember 2009
Selesaikanlah soal di bawah ini di selembar kertas HVS lengkap dengan cara mengerjakannya!
1. Lambang bilangan untuk menyatakan Empat ratus lima puluh enam ribu sembilan puluh empat” adalah . . . .
2. Berapakah nilai angka 3 pada bilangan 654.321?
3. Berapakah taksiran ke ratusan terdekat untuk bilangan 4.932?
4. Berapakah hasil dari 23 x 41?
5. Berapakah hasil dari 30 + 5 – 20 : 5?
Selengkapnya......
Visi & Misi
Menjadikan siswa berakhlak karimah, berprestasi akademik optimal.
Misi
Menjadikan lembaga pendidikan Islam yang layak dan mudah di contoh.
Kamis, 17 Desember 2009
Semarak Sambut 1 Muharam 1431 H
Kamis (17/12), tepat pukul 07.30 Seluruh siswa SD Al Hikmah dengan berbaju batik berkumpul di halaman paving Lapangan Bola Volley untuk persiapan melaksanakan Kirab di sekitar Lingkungan SD Al Hikmah dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1431 H yang bertepatan dengan hari Jum'at (18/12).
Selengkapnya......
Selengkapnya......
Label:
Muharam,
Peringatan,
siswa,
Tahun Baru
Jumat, 11 Desember 2009
Tugas Mandiri Bahasa Indonesia Kelas 4
Dikumpulkan Senin, 14 Desember 2009
Di sekolah, kalian telah belajar tentang kata dasar dan kata turunan. Sekarang carilah kata turunan dari kata dasar berikut:
Di sekolah, kalian telah belajar tentang kata dasar dan kata turunan. Sekarang carilah kata turunan dari kata dasar berikut:
bangga, catat, tanam, senang, dan kendara.
Setelah semua kataturunan kalian temukan, buatlah kalimat dari kata turunan tadi.Lebih baik jika kalian menghiasi hasil kerja kalian. Selamat bekerja!
Selengkapnya......
Setelah semua kataturunan kalian temukan, buatlah kalimat dari kata turunan tadi.Lebih baik jika kalian menghiasi hasil kerja kalian. Selamat bekerja!
Label:
Bahasa Indonesia,
Kelas 4,
Tugas Mandiri
Jumat, 04 Desember 2009
Gardening Celebration: Corn Festival
we love corn
Jum'at (4/12) sejak pukul 13.00 WIB, seluruh siswa kelas 4 berkumpul di lantai 2 untuk bersama-sama mengikuti kegiatan Corn Festival. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara kegiatan gardening kelas 4 yang telah dilakukan sejak awal semester yang lalu. Sebelumnya telah diadakan kegiatan penanaman, pemeliharaan atau perawatan, dan pemanenan.
Jum'at (4/12) sejak pukul 13.00 WIB, seluruh siswa kelas 4 berkumpul di lantai 2 untuk bersama-sama mengikuti kegiatan Corn Festival. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara kegiatan gardening kelas 4 yang telah dilakukan sejak awal semester yang lalu. Sebelumnya telah diadakan kegiatan penanaman, pemeliharaan atau perawatan, dan pemanenan.
Untuk kegiatan akhir dilaksanakan demonstrasi pengolahan jagung menjadi berbagai macam produk makanan oleh perwakilan dari setiap kelas dengan pengantar berbahasa Inggris. Dalam kesempatan ini, Ustadzah Susi menyampaikan tentang riwayat jagung. Siswa antusias menjawab setiap pertanyaan seputar jagung. Setelah seluruh acara seremonial selesai, seluruh siswa secara bersama-sama menikmati makanan yang terbuat dari jagung yang telah dibawa oleh masing-masing anak.
Selengkapnya......
Selasa, 01 Desember 2009
Rabu, 25 November 2009
Dirgahayu Guru
M. Ridwan *)
Setiap tahun kita selalu memperingati hari Guru yang bertepatan tanggal 25 November. Selamat, saya ucapkan kepada segenap jajaran pendidik dan pengajar di seluruh Indonesia atas dedikasi dan pengabdiannya selama ini. Meskipun banyak permasalahan pelik selalu menghantam gejolak dan gairah seorang guru. Namun demikian niat dan tekat bulat mengalahkan itu semua. Guru selalu lumintu mendidik dan mengajari siswa agar mereka tidak bernasib sama seperti dirinya. Tak perlu mengomentari seluk beluk permasalahan seorang pendidik yang rumit, tetapi sejenak kita menengok kebelakang apa makna dari peringatan hari Guru dan esensi siapa yang disebut sebagai guru itu.
Keberadaan seorang guru di Indonesia sudah ada sejak zaman masa pra Aksara sampai sekarang. Guru pada masa pra aksara adalah seorang yang dianggap bisa mengendalikan alam dan kekuatannya. Maklum sebelum masa beragama di Indonesia, masyarakat percaya animism dan dinamisme. Kekuatan alam seperti angin, hujan, petir, atau gangguan hewan liar dan buas tidak sepenuhnya bisa ditangani oleh masyarakat masa pra Aksara. Mereka mencari perlindungan kepada seseorang yang dianggap memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi semua ini. Seorang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah guru yang sekaligus sebagai pemimpin atau ketua suku. Perkataan pemimpin/guru ini selalu diikuti dan dilaksanakan. Pemimpin ini tentu mengajari hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan keseharian. Pemimpin ini sangat dihormati dan dihargai. Pemimpin ini dipilih karena kekuatannya, mengayomi, kepandaiannya, adil, dan tidak takut apapun.
Masa para aksara berakhir di Indonesia dengan datangnya pengaruh Hindu-Budha. Pengaruh Hindu-Budha ini menggeserkan posisi ketua suku yang sebelumnya sebagai pemimpin dan guru bagi lingkungannya menjadi hanya seorang raja saja atau kasta Kstria. Posisi guru diambil alih oleh seorang pendeta / pendande / rsi / sulinggih / empu dari kasta Brahmana. Posisi ini tergantikan karena mereka yang dikatakan guru harus menguasai segala ilmu pengetahuan terutama tentang agama. Guru pada masa ini memiliki siswa yang diasramakan. Alasannya adalah perlu konsentrasi untuk mengajarkan kepada siswa tentang semua ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dibangunlah sebuah asrama yang biasanya digabungkan dengan bangunan candi. Guru mengajarkan semua ilmu yang dimilikinya antara lain ilmu tentang agama, bela diri, perang dan sopan santun. Ajaran terakhir ini merupakan letak dasar kepribadian bangsa ini. Kepada yang lebih tua harus menghomati, dan kepada guru maupun orang tua harus lebih dihormati.
Pada abad 9 Masehi, Indonesia memasuki masa pengaruh Islam. Kedatangan Islam merubah tatanan social politik kehidupan masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan dunia pendidikan. Guru pada masa Islam datang diambil alih oleh seorang ustad / sunan / susuhunan / kyai. Sama sebenarnya dengan masa Hindu-Budha, perbedaannya terletak pada siapa yang bisa menjadi guru. Masa Islam ini siapa saja bisa menjadi seorang guru tidak terikat pada status sosialnya. Yang terpenting adalah seorang guru mampu menguasai ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya. Budi pekerti masih menjadi topic dalam keseharian guru dalam mengajari murid-muridnya. Budi pekerti ini adalah pelajaran gabungan dari ilmu agama dengan tingkah laku. Guru menjadi sentral dari system pengajaran Islam saat itu. Penghormatan luar biasa kepada guru adalah hal wajar dan utama masa itu. Belajar perlu tempat khusus yakni sebuah pemondokan, yang lebih kita kenal dengan pondok pesantren. Perkembangan pondok pesantren masa ini sangat luar biasa berkembangnya. Perkembangan ini karena kharismatik dan kepintaran seorang guru sehingga banyak sekali santri-santri yang ingin menimba ilmu pada dirinya.
Abad ke 15 merubah semua kondisi pendidikan Indonesia. Hal ini ditandai dengan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia. Perubahan ini sangat terasa sekali karena system yang digunakan sangat bertentangan dengan ajaran kepribadian bangsa ini. Yang diperbolehkan sekolah hanya masyarakat yang status sosialnya tinggi. Guru juga diambilkan dari bangsa Eropa sendiri. Tetapi ada manfaat yang bisa dipetik dari system Eropa yang diterapkan ini, yakni kedisiplinan. Kedisiplinan adalah modal utama guru dalam mengajari siswanya. Menurut bangsa Eropa, belajar harus disiplin segalanya agar ketercapaian menyerap ilmu akan semakin mudah diterimanya. Guru sebagai sentral studi, harus mempunyai jiwa kedisiplinan yang tinggi. Sehingga profesi guru dipilih bukan seorang sembarangan.
Nah sampai pada masa kemerdekaan seperti saat ini, guru silih berganti mengalamai perubahan tujuan dan tuntutan. Guru tidak hanya dituntut pandai, disiplin, wibawa, tetapi juga sebagai contoh perilaku masyarakat sekitarnya. Tetapi masa sekarang guru bukan lagi sebagai profesi yang bonafit. Ketidak bonafitan ini dikarenakan tunjangan atau gaji sangat dibawah standart sebagai seorang profesional. Apalagi tingkat konsumtif masyarakat zaman sekarang sangat tinggi sekali. Tidak heran masyarakat memandang seorang guru sebagai profesi rendah. Tetapi dengan semangat pendahulu kita, guru harus mampu mengendalikan permasalahan masyarakat, disiplin, berwibawa, pandai, maka mari bangkitkan gairah tersebut. Selamat untuk kita semua.
*) Guru SDBI Al Hikmah Surabaya
Selengkapnya......
Setiap tahun kita selalu memperingati hari Guru yang bertepatan tanggal 25 November. Selamat, saya ucapkan kepada segenap jajaran pendidik dan pengajar di seluruh Indonesia atas dedikasi dan pengabdiannya selama ini. Meskipun banyak permasalahan pelik selalu menghantam gejolak dan gairah seorang guru. Namun demikian niat dan tekat bulat mengalahkan itu semua. Guru selalu lumintu mendidik dan mengajari siswa agar mereka tidak bernasib sama seperti dirinya. Tak perlu mengomentari seluk beluk permasalahan seorang pendidik yang rumit, tetapi sejenak kita menengok kebelakang apa makna dari peringatan hari Guru dan esensi siapa yang disebut sebagai guru itu.
Keberadaan seorang guru di Indonesia sudah ada sejak zaman masa pra Aksara sampai sekarang. Guru pada masa pra aksara adalah seorang yang dianggap bisa mengendalikan alam dan kekuatannya. Maklum sebelum masa beragama di Indonesia, masyarakat percaya animism dan dinamisme. Kekuatan alam seperti angin, hujan, petir, atau gangguan hewan liar dan buas tidak sepenuhnya bisa ditangani oleh masyarakat masa pra Aksara. Mereka mencari perlindungan kepada seseorang yang dianggap memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi semua ini. Seorang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah guru yang sekaligus sebagai pemimpin atau ketua suku. Perkataan pemimpin/guru ini selalu diikuti dan dilaksanakan. Pemimpin ini tentu mengajari hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan keseharian. Pemimpin ini sangat dihormati dan dihargai. Pemimpin ini dipilih karena kekuatannya, mengayomi, kepandaiannya, adil, dan tidak takut apapun.
Masa para aksara berakhir di Indonesia dengan datangnya pengaruh Hindu-Budha. Pengaruh Hindu-Budha ini menggeserkan posisi ketua suku yang sebelumnya sebagai pemimpin dan guru bagi lingkungannya menjadi hanya seorang raja saja atau kasta Kstria. Posisi guru diambil alih oleh seorang pendeta / pendande / rsi / sulinggih / empu dari kasta Brahmana. Posisi ini tergantikan karena mereka yang dikatakan guru harus menguasai segala ilmu pengetahuan terutama tentang agama. Guru pada masa ini memiliki siswa yang diasramakan. Alasannya adalah perlu konsentrasi untuk mengajarkan kepada siswa tentang semua ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dibangunlah sebuah asrama yang biasanya digabungkan dengan bangunan candi. Guru mengajarkan semua ilmu yang dimilikinya antara lain ilmu tentang agama, bela diri, perang dan sopan santun. Ajaran terakhir ini merupakan letak dasar kepribadian bangsa ini. Kepada yang lebih tua harus menghomati, dan kepada guru maupun orang tua harus lebih dihormati.
Pada abad 9 Masehi, Indonesia memasuki masa pengaruh Islam. Kedatangan Islam merubah tatanan social politik kehidupan masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan dunia pendidikan. Guru pada masa Islam datang diambil alih oleh seorang ustad / sunan / susuhunan / kyai. Sama sebenarnya dengan masa Hindu-Budha, perbedaannya terletak pada siapa yang bisa menjadi guru. Masa Islam ini siapa saja bisa menjadi seorang guru tidak terikat pada status sosialnya. Yang terpenting adalah seorang guru mampu menguasai ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya. Budi pekerti masih menjadi topic dalam keseharian guru dalam mengajari murid-muridnya. Budi pekerti ini adalah pelajaran gabungan dari ilmu agama dengan tingkah laku. Guru menjadi sentral dari system pengajaran Islam saat itu. Penghormatan luar biasa kepada guru adalah hal wajar dan utama masa itu. Belajar perlu tempat khusus yakni sebuah pemondokan, yang lebih kita kenal dengan pondok pesantren. Perkembangan pondok pesantren masa ini sangat luar biasa berkembangnya. Perkembangan ini karena kharismatik dan kepintaran seorang guru sehingga banyak sekali santri-santri yang ingin menimba ilmu pada dirinya.
Abad ke 15 merubah semua kondisi pendidikan Indonesia. Hal ini ditandai dengan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia. Perubahan ini sangat terasa sekali karena system yang digunakan sangat bertentangan dengan ajaran kepribadian bangsa ini. Yang diperbolehkan sekolah hanya masyarakat yang status sosialnya tinggi. Guru juga diambilkan dari bangsa Eropa sendiri. Tetapi ada manfaat yang bisa dipetik dari system Eropa yang diterapkan ini, yakni kedisiplinan. Kedisiplinan adalah modal utama guru dalam mengajari siswanya. Menurut bangsa Eropa, belajar harus disiplin segalanya agar ketercapaian menyerap ilmu akan semakin mudah diterimanya. Guru sebagai sentral studi, harus mempunyai jiwa kedisiplinan yang tinggi. Sehingga profesi guru dipilih bukan seorang sembarangan.
Nah sampai pada masa kemerdekaan seperti saat ini, guru silih berganti mengalamai perubahan tujuan dan tuntutan. Guru tidak hanya dituntut pandai, disiplin, wibawa, tetapi juga sebagai contoh perilaku masyarakat sekitarnya. Tetapi masa sekarang guru bukan lagi sebagai profesi yang bonafit. Ketidak bonafitan ini dikarenakan tunjangan atau gaji sangat dibawah standart sebagai seorang profesional. Apalagi tingkat konsumtif masyarakat zaman sekarang sangat tinggi sekali. Tidak heran masyarakat memandang seorang guru sebagai profesi rendah. Tetapi dengan semangat pendahulu kita, guru harus mampu mengendalikan permasalahan masyarakat, disiplin, berwibawa, pandai, maka mari bangkitkan gairah tersebut. Selamat untuk kita semua.
*) Guru SDBI Al Hikmah Surabaya
Jumat, 13 November 2009
Tugas Mandiri Bahasa Indonesia Kelas 3
[dikumpulkan Senin 16 November 2009]
1. Carilah sebuah gambar di majalah atau sumber lainnya!
2. Guntinglah yang rapi dan tempelkan pada kertas HVS!
3. Ceritakan gambar itu dalam 1 paragraf minimal 8 kalimat dan garis bawahi kalimat utamanya!
4. Kumpulkan tepat waktu!
Selengkapnya......
1. Carilah sebuah gambar di majalah atau sumber lainnya!
2. Guntinglah yang rapi dan tempelkan pada kertas HVS!
3. Ceritakan gambar itu dalam 1 paragraf minimal 8 kalimat dan garis bawahi kalimat utamanya!
4. Kumpulkan tepat waktu!
Label:
Bahasa Indonesia,
Kelas 3,
Tugas Mandiri
Jumat, 06 November 2009
Weekend Assignment Grade 3 (Math)
[Dikumpulkan Senin, 9 November 2009]
Buatlah 2 soal cerita tentang pengurangan dengan menggunakan bilangan empat angka.
Buatlah 2 soal cerita tentang pengurangan dengan menggunakan bilangan empat angka.
Tulis atau ketiklah yang rapi di kertas HVS dan jangan lupa selesaikan soal-soal cerita tersebut!
Selengkapnya......
Label:
Kelas 3,
matematika,
Tugas Mandiri
Rabu, 04 November 2009
Kunjungan Industri Siswa Kelas 4
Rabu (4/11) seluruh siswa kelas 4 bersama-sama berangkat dari sekolah menggunakan 4 bus melaksanakan kegiatan kunjungan industri di Pabrik Air Murni Dalam Kemasan Cleo PT Sariguna Primatirta, Pandaan Pasuruan.
Siswa mendapatkan pengetahuan mengenai perbedaan antara Air Mineral dan Air Murni serta manfaat mengkonsumsinya. Dalam kegiatan ini, seluruh siswa mendapat kesempatan melihat secara langsung kegiatan produksi Air Minum dalam kemasan mulai dari pembuatan botol atau galon, pengisian, pelabelan sampai pada pengepakan. "Dengan kegiatan ini diharapkan siswa mengetahui perkembangan teknologi produksi," seperti diungkap oleh Ustadzah Ani, Koordinator Kegiatan. Siswa mengikuti kunjungan dengan antusias, terlihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan kritis yang disampaikan siswa kepada Kak Cleo, Penyaji Informasi Air Murni Dalam Kemasan Cleo.
Selengkapnya......
Label:
aktivitas,
Kelas 4,
Kunjungan Industri,
siswa
Senin, 02 November 2009
OUTBOUND KELAS 2
Pengalaman merupakan guru daalam proses pembelajaran secara alami, hal itu dalam rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa, ataupun orang tua.
Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruang terbuka atau tertutup.
Tanggal 2 Nopember 2009, jenjang kelas 2 mengadakan kegiatan outbound di TAMAN FLORA Surabaya. Kegiatan ini diikuti 185 murid dan 14 guru pendamping. Pada kegiatan ini diisi dengan permainan-permainan sederhana dan ketangkasan. Hal dapat melatih anak untuk lebih berani, percaya diri, daya tahan tubuh dan motorik. Terlihat wajah ceria, bahagia, dan ingin tahu pada siswa. "Ustad, saya coba lagi permainan itu ya", sahut salah seorang siswa. (NurKom)
Selengkapnya......
Tanggal 2 Nopember 2009, jenjang kelas 2 mengadakan kegiatan outbound di TAMAN FLORA Surabaya. Kegiatan ini diikuti 185 murid dan 14 guru pendamping. Pada kegiatan ini diisi dengan permainan-permainan sederhana dan ketangkasan. Hal dapat melatih anak untuk lebih berani, percaya diri, daya tahan tubuh dan motorik. Terlihat wajah ceria, bahagia, dan ingin tahu pada siswa. "Ustad, saya coba lagi permainan itu ya", sahut salah seorang siswa. (NurKom)
Kamis, 29 Oktober 2009
Weekend Assignment Grade 3
Buatlah aturan-aturan yang akan kamu berlakukan di rumahmu bersama anggota keluarga yang lain.
Tulis atau ketiklah yang rapi di kertas HVS dan beri hiasan. Jangan lupa tuliskan juga konsekuensinya jika aturan-aturan tersebut dilanggar.
[Dikumpulkan Senin (02/11) di Wali Kelas]
Selengkapnya......
Label:
Kelas 3,
Tugas Mandiri
Selasa, 27 Oktober 2009
Motivasi
Motivasi
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.
Selengkapnya......
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.
Dari Kapal Pembersih Hingga Pompa Air
Mimpi akan perairan Surabaya yang bersih agaknya menjadi inspirasi bagi sebagian masyarakat untuk membuat karya-karya yang unik dan menarik. Diantaranya adalah Afa, Nizar, dan Vicky, siswa kelas 6 SD Al hikmah Surabaya. Dengan harapan ingin melihat sungai dan pantai di Surabaya bisa bersih dan indah untuk dilihat, ketiga anak yang tergabung dalam satu kelompok itu membuat konsep kapal pembersih.
Dengan menggunakan barang-barang yang bagi sebagian orang tidak berguna mereka merakit miniatur kapal tersebut. Badan kapal terbuat dari stereofoam dan karet bekas, sedangkan untuk baling-baling mereka buat dari bekas tamiya yang sudah tidak terpakai. Dengan sedikit tambahan berupa jaring dan modifikasi berbagai alat kelistrikan jadilah kapal pembersih sampah ala anak SD. Waktu diuji coba diatas air ternyata kapal berfungsi sebagaimana mestinya dan membuat hati mereka bangga.
Proyek yang mereka buat merupakan bagian dari tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan siswa kelas 6. Selain membuat karya alat, mereka juga harus membuat karya tulis yang merupakan langka-langkah dan landasan teori sesuai dengan kaidah penulisan yang standar. Bukan hanya itu mereka juga harus membuat slide presentasi atau power point karena karya itu harus dipresentasikan di depan teman-teman dan orang tuanya,
Lain lagi kelompok Rizal, Fian , dan Resa. Mereka ingin membuktikan bahwa tidak selamanya air hanya bisa turun dari atas ke bawah. Melalui alat temuannya yang terbuat dari botol bekas air mineral dan selang mereka membuktikan bahwa air bisa mengalir ke tempat yang diinginkan meskipun letaknya lebih tinggi. “Alhamdulillah, akhirnya selesai juga Tugas Akhir kami”, ujar Rizal seusai mempresentasikan karyanya. “Meskipun masih sangat sederhana paling tidak anak-anak berani untuk membuat karya inovatif dan menampilkannya di hadapan guru, teman, dan orang tuanya”, ungkap Haruna Sumitro, wali murid dari Afa, kelas 6 A.
Di samping kedua kelompok di atas semua siswa kelas 6 membuat karya alat dan karya tulis dengan berbagai bentuk sesuai dengan kreativitasnya. “Selama dua setengan bulan anak-anak membuat karyanya yang kalau dijumlah lebih dari 60 karya, dan Alhamdulillah semua bisa terselesaikan”, kata Ust. GB Sutrisno, selaku penanggung jawab Tugas Akhir kelas 6.(bee)
Label:
karya tulis,
Kelas 6,
Tugas Akhir
Jumat, 23 Oktober 2009
Tugas Mandiri Bahasa Indonesia Kelas 4
Dikumpulkan Senin (26/10) di Wali Kelas
Carilah artikel tentang pengetahuan (pulau, binatang, planet, pesawat, dll.) dari media massa (koran, tabloid,internet, majalah, dll.)
Carilah artikel tentang pengetahuan (pulau, binatang, planet, pesawat, dll.) dari media massa (koran, tabloid,internet, majalah, dll.)
Gunting dan tempelkan pada kertas HVS. Buatlah sepuluh pertanyaan yang jawabannya ada dalam artikel tersebut. Tulis pula jawabannya di bawah pertanyaan.
Selamat mengerjakan.
Selengkapnya......
Selamat mengerjakan.
Label:
Bahasa Indonesia,
Kelas 4,
Tugas Mandiri
Tugas Mandiri IPS Kelas 3
KD: Jenis-jenis Kerjasama dan Kegunaannya
Buatlah Cerita tentang pengalaman kerjasama yang kamu lakukan bersama keluarga di hari Sabtu dan Minggu.
Selengkapnya......
Buatlah Cerita tentang pengalaman kerjasama yang kamu lakukan bersama keluarga di hari Sabtu dan Minggu.
- Apa saja yang kamu kerjakan, bagaimana cara mengerjakan, bagaimana hasilnya?
- Apakah keuntungan atau manfaat dari kerjasama yang sudah kalian lakukan itu?
- Tulis atau ketikleh dengan rapi, jangan lupa beri hiasan agar lebih menarik dan akan lebih baik jika disertakan foto kegiatannya!
Label:
IPS,
Kelas 3,
Tugas Mandiri
Kamis, 22 Oktober 2009
Sumpah Pemuda, Indonesia Merdeka
M. Ridwan *)
Setiap tanggal 28 Oktober kita selalu memperingati hari Sumpah Pemuda. Tetapi setiap tahun juga kita seakan melupakan peristiwa Sumpah Pemuda itu sendiri. Kadangkala sebagai anggota masyarakat bangsa Indonesia, kita seakan cuek dan menganggap tidak penting peringatan-peringatan hari besar Nasional tersebut.
Padahal kita bisa menikmati Indonesia saat ini karena sebagian adalah perjuangan tokoh-tokoh pahlawan pendiri bangsa ini. Oleh karena itu kita harus tahu sedikit banyak tentang apa saja peristiwa yang melatarbelakangi peringatan hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda kali ini.
ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL SEBELUM SUMPAH PEMUDA
Sebelum adanya peristiwa Sumpah Pemuda, sudah ada peristiwa-peristiwa bersejarah yang menjadi awal Indonesia bersatu, bangkit untuk melawan penjajahan Belanda. Para pelajar dan pemuda Indonesia sudah bisa berfikiran cerdas dan pintar untuk berjuang melawan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya perkumpulan-perkumpulan atau organisasi-organisasi yang bersifat nasional. Memang berjuang bukan hanya melalui peperangan, tetapi bisa dengan cara mendirikan organisasi pergerakan untuk menentang Belanda.
Organisasi-organisasi pergerakan tersebut antara lain :
A. BUDI UTOMO
Kebangkitan Nasional merupakan hari dimana bangsa Indonesia pada tanggal 20 Mei 1908 telah terbentuk organisasi Pergerakan Nasional pertama di Indonesia. Organisasi pergerakan ini tujuannya adalah memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan dan pengajaran.
Organisasi pergerakan ini adalah Budi Utomo yang didirikan oleh para mahasiswa kedokteran Jawa, STOVIA (School tot Opleiding Inlandsche Arsten) di Jakarta. Budi Utomo dipelopori oleh Dr. Soetomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Gambar 1.1. Dr. Sutomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo
Dua mahasiswa ini menginginkan perubahan pada kondisi rakyat Indonesia pada saat dijajah Belanda, terutama perubahan di bidang pendidikan. Sutomo dan Wahidin telah menyaksikan sendiri bahwa rakyat Indonesia masih banyak yang bodoh dan tertinggal. Hal ini dikarenakan mereka rakyat Indonesia tidak diberi kesempatan oleh Belanda untuk sekolah. Sekolah dibangun dan didirikan hanya khusus untuk rakyat yang memiliki uang yang banyak dan kaya. Padahal sebagian besar rakyat Indonesia sangat miskin dan tak mampu. Untuk makan saja tidak cukup apalagi untuk sekolah. Nah oleh sebab itu Dr. Sutomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo sebagai tempat bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya yang ingin membantu pendidikan dan sekolah bagi rakyat Indonesia.
Kemudian dalam perkembangannya Budi Utomo memiliki anggota yang banyak bukan hanya dari mahasiswa STOVIA saja tetapi juga dari mahasiswa lain, pelajar, maupun golongan orang kaya. Budi Utomo juga berhasil mendirikan cabang-cabang dikota-kota lain di Indonesia seperti Yogyakarta, Surabaya, Magelang, dan Bogor.
B. SAREKAT ISLAM
Semula nama organisasi Sarekat Islam (SI) adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1911 di Solo Jawa Tengah. Tujuan utama didirikan organisasi ini adalah meningkatkan kesejahteraan bangsa di bawah naungan panji Islam. Anggota SDI adalah para pedagang pribumi atau pedagang masyarakat Indonesia. Sehingga organisasi ini juga sebagai tempat bersatunya para pedagang asli orang Indonesia. Secara tidak langsung organisasi ini juga mampu mengalahkan penguasaan para pedagang Cina maupun Belanda. Pada tahun 1912 SDI ini berubah nama menjadi SI yang diketuai oleh Haji Omar Said Cokroaminoto atau lebih sering disebut H.O.S. Cokroaminoto, dan pusat aktifitas kegiatan sehari-harinya dipindah ke Surabaya. Sarekat Islam berkembang dengan pesat, dengan dibuktikan pada tahun 1913 jumlah anggotanya mencapai 80.000 orang. Kemudian pada tahun 1918 anggotanya menjadi 450.000 orang.
C. MUHAMMADIYAH
Organisasi yang sama berdiri pada tahun 1912 adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan bukan untuk menyaingi organisasi SI. Tetapi untuk memajukan pendidikan bagi masyarakat dan kegiatan yang bertujuan untuk membantu kebutuhan hidup rakyat Indonesia akibat dijajah oleh Belanda. Muhammadiyah juga berusaha mengembalikan ajaran Islam yang berdasarkan Alquran dan Hadist. Wujud nyata Muhammadiyah membantu masyarakat yang perlu kalian ketahui adalah dengan :
a. Mendirikan sekolah-sekolah
b. Mendirikan rumah sakit
c. Mendirikan rumah anak yatim piatu
Jadi Muhammadiyah telah berhasil berjuang melawan kebodohan dan kemiskinan akibat penjajahan Belanda.
D. INDISCHE PARTIJ
Pada masa penjajahan Belanda seringkali rakyat Indonesia dijadikan budak/pembantu yang tidak dibayar. Ini karena Belanda menganggap rakyat kita adalah bangsa yang jelek dan bodoh. Warna kulitnya saja berbeda dengan warna kulit orang Belanda yang putih. Nah melihat ini semua ada sekelompok pemuda yang menamakan dirinya Tiga Serangkai mendirikan perkumpulan untuk menghilangkan anggapan tersebut. Perkumpulan yang dibentuk oleh Dr. Ciptomangunkusumo, Ernest Francois Eugene (E.F.E) Douwes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara diberi nama Indische Partij. Indische Partij dibentuk pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung dengan tujuan utama berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia tanpa perbedaan warna kulit, bangsa, suku, dan agama. Indische Partij juga mempunyai semboyan yang berbunyi “Indonesia bebas dari negeri Belanda”. Melihat kenyataan ini tentu saja penjajah Belanda sangat marah dan melarang berdirinya Indische Partij. Kalian tahu apa yang dilakukan Belanda untuk membubarkan Indische Partij? Ya penjajah Belanda menangkap tokoh Tiga Serangkai (Dr. Ciptomangunkusumo, Douwes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara) dan membuangnya di negeri Belanda. Dengan demikian berakhirlah perjuangan mereka untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
E. ORGANISASI PEMUDA
Organisasi pemuda yang dimaksud kali ini adalah perkumpulan yang didirikan oleh para pemuda pelajar yang sedang kuliah ataupun sekolah di Jakarta. Pemuda pelajar ini kebanyakan dari luar Jakarta seperti dari Sumatera, Jawa, Sulawesi ataupun Kalimantan. Melihat keberhasilan organisasi – organisasii pergerakan nasional yang telah terbentuk sebelumnya, maka para pemuda pelajar ini berkeinginan untuk membentuk suatu perkumpulan. Perkumpulan ini juga bertujuan mengakrabkan antar pemuda sedaerahnya. Berikut organisasi pemuda yang telah terbentuk :
TRI KORO DARMO
Perkumpulan pemuda ini dibentuk pada tanggal 9 Maret 1915 di Jakarta. Perkumpulan ini pada mulanya didirikan sebagai tempat berkumpulnya para pelajar yang merantau dari Jawa dan Madura. Tujuan utama perkumpulan Tri Koro Darmo adalah mempererat tali persaudaraan diantara pemuda pelajar dari Jawa dan Madura. Pada tahun 1918 nama Tri Koro Darmo diubah namanya menjadi perkumpulan pemuda Jawa atau sering disebut Jong Java. Sehingga anggotanya bisa terbuka bagi seluruh pemuda Jawa.
JONG SUMATERANEN BOND
Jong Sumateranen Bond adalah nama lain dari perkumpulan pemuda pelajar dari Sumatera. Jong Sumateranen Bond didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. Tentu saja pendirinya adalah pemuda dari Sumatera. Tujuannya hampir sama dengan Jong Java, yakni mempererat hubungan dan persaudaraan antara pemuda pelajar dari Sumatera. Tokoh pemuda yang tergabung dalam Jong Sumateranen Bond antara lain M. Hatta, M. Yamin, dan lain-lain.
JONG MINAHASA
Pada tahun 1918 para pemuda pelajar dari Minahasa tak mau ketinggalan juga untuk mendirikan perkumpulan pemuda. Perkumpulan ini dinamakan Jong Minahasa atau perkumpulan pemuda Minahasa. Tujuan hampir pasti sama dengan perkumpulan pemuda lainnya yakni menggalang dan mempererat persatuan di kalangan pemuda pelajar dari Minahasa
JONG CELEBES
Ini adalah perkumpulan pemuda dari Sulawesi. Tujuan didirikannya juga sama, yakni mempererat tali persaudaraan pemuda pelajar dari Sulawesi yang berada di Jakarta.
KONGRES PEMUDA I
Tumbuhnya banyak organisasi pergerakan Nasional seperti yang sudah kalian baca pada bab sebelumnya, menimbulkan rasa kebangsaan dan persatuan di dada para pemuda Indonesia. Mereka yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda dan pelajar yang bersifat kedaerahan sangat mendambakan munculnya persatuan nasional dikalangan pemuda. Mereka menginginkan agar organisasi-organisasi yang ada melebur diri menjadi satu perkumpulan atau organisasi yang bersifat nasional.
Usaha yang mereka lakukan adalah harus diadakan pertemuan. Ide ini terwujud sehingga pada tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta, diadakan Rapat Besar Pemuda-Pemudi Indonesia. Rapat ini dihadiri oleh perwakilan dari organisasi pemuda yang ada. Peristiwa itu dicatat sebagai Kongres Pemuda I. Kongres ini dihadiri oleh wakil-wakil dari berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Bataks, Jong Ambon, dan lain-lain. Yang memimpin Kongres I adalah Muhamad Tabrani. Tujuan Kongres I adalah membentuk perkumpulan pemuda dengan maksud :
a. Memajukan paham persatuan dan kebangsaan
b. Mempererat hubungan antara semua perkumpulan kebangsaan
Walaupun dalam Kongres Pemuda I belum berhasil mendirikan organisasi pemuda yang bersifat nasional, namun pemuda pelajar tidak berputus asa. Mereka tetap berusaha mendirikan sebuah organisasi yang bersifat nasional.
KONGRES PEMUDA II
Pada bulan Juni 1928, dibentuk sebuah panitia untuk persiapan Kongres Pemuda II. Panitia tersebut antara lain diketuai; Sugondo Joyopuspito, wakil ketua; Joko Marsaid, sekretaris; M. Yamin, dan bendahara; Amir Syarifudin. Panitia tersebut sering mengadakan pertemuan-pertemuan dan hasilnya adalah Kongres Pemuda II akan diadakan bulan Oktober. Kongres Pemuda II diselenggarakan mulai tanggal 27 Oktober 1928. Rapat pertama tanggal 27 Oktober 1928 diselenggarakan di gedung Katholieke Jongelingen Bond (gedung pemuda Katolik) di lapangan Banteng sekarang. Dalam rapat ini belum menghasilkan keputusan apapun, tetapi peserta rapat banyak sekali yang menyampaikan ide-idenya agar dibentuk sebuah Organisasi Pemuda Nasional. Rapat kedua diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928 pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB bertempat digedung Oost Java Bioscoop (sekarang Jl. Medan Merdeka Utara nomor 14). Dalam rapat kedua ini para pemuda sudah berhasil merumuskan ide-ide untuk mempersatukan pemuda Indonesia. Kemudian rapat dihentikan karena demi keamana. Maklum tentara Belanda banyak yang mendatangi lokasi rapat, sehingga rapat dibubarkan sementara.
Setelah dalam kondisi yang aman rapat dilanjutkan kembali. Kali ini rapat yang ketiga diselenggarakan tanggal 28 Oktober 1928 pukul 17.30 WIB bertempat di gedung Indonesch Clubhuis Jl. Kramat Raya nomor 106 (sekarang disebut gedung Sumpah Pemuda). Kongres Pemuda II ini dihadiri oleh lebih kurang 750 orang utusan dari berbagai organisasi pemuda yang ada. Kongres Pemuda II ini berjalan penuh gelora semangat persatuan nasional pemuda Indonesia. Sebagai harapan bangsa, pemuda-pemuda ini sangat mendambakan persatuan dan kesatuan dikalangan pemuda Indonesia sebagai modal mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pemerintah penjajah Belanda merasa sangat cemas dan takut terhadap kegiatan kongres pemuda tersebut. Oleh karena itu jalannya sidang dijaga sangat ketat oleh tentara Belanda. Tetapi penjagaan tentara Belanda ini tidak menyurutkan semangat para pemuda untuk bersatu. Dalam kesempatan waktu istirahat, Wage Rudolf Supratman seorang wartawan dan pencipta lagu, minta izin kepada Sugondo Joyopuspito selaku ketua sidang untuk memperdengarkan lagu ciptaannya berjudul Indonesia Raya. Setelah mendapat ijin dari ketua sidang, W.R. Supratman tampil ke depan untuk memperdengarkan lagu Indonesia Raya ciptaannya. Bukan nyanyian yang dilantunkan, tetapi permainan biola yang dimainkan. Para hadirin sangat terpukau mendengar lagu Indonesia Raya yang dimainkan oleh WR. Supratman melalui gesekan biolanya tersebut. Demikianlah untuk pertama kali lagu Indonesia Raya dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928. Keputusan yang penting yang diambil dalam Kongres Pemuda II ini adalah ikrar “Sumpah Pemuda”. Isi sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928 adalah sebagai berikut :
1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
2. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
3. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Ini berarti bahwa para pemuda Indonesia berjanji akan selalu bersatu tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, warna kulit, status, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Modal inilah yang bisa mengantarkan bangsa Indonesia nantinya merdeka, bersatu, berdaulat 17 Agustus 1945. Dengan demikian NKRI selalu terwujud tanpa perpecahan yang berarti.
*) Guru IPS SDBI AL Hikmah Surabaya
Selengkapnya......
Setiap tanggal 28 Oktober kita selalu memperingati hari Sumpah Pemuda. Tetapi setiap tahun juga kita seakan melupakan peristiwa Sumpah Pemuda itu sendiri. Kadangkala sebagai anggota masyarakat bangsa Indonesia, kita seakan cuek dan menganggap tidak penting peringatan-peringatan hari besar Nasional tersebut.
Padahal kita bisa menikmati Indonesia saat ini karena sebagian adalah perjuangan tokoh-tokoh pahlawan pendiri bangsa ini. Oleh karena itu kita harus tahu sedikit banyak tentang apa saja peristiwa yang melatarbelakangi peringatan hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda kali ini.
ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL SEBELUM SUMPAH PEMUDA
Sebelum adanya peristiwa Sumpah Pemuda, sudah ada peristiwa-peristiwa bersejarah yang menjadi awal Indonesia bersatu, bangkit untuk melawan penjajahan Belanda. Para pelajar dan pemuda Indonesia sudah bisa berfikiran cerdas dan pintar untuk berjuang melawan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya perkumpulan-perkumpulan atau organisasi-organisasi yang bersifat nasional. Memang berjuang bukan hanya melalui peperangan, tetapi bisa dengan cara mendirikan organisasi pergerakan untuk menentang Belanda.
Organisasi-organisasi pergerakan tersebut antara lain :
A. BUDI UTOMO
Kebangkitan Nasional merupakan hari dimana bangsa Indonesia pada tanggal 20 Mei 1908 telah terbentuk organisasi Pergerakan Nasional pertama di Indonesia. Organisasi pergerakan ini tujuannya adalah memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan dan pengajaran.
Organisasi pergerakan ini adalah Budi Utomo yang didirikan oleh para mahasiswa kedokteran Jawa, STOVIA (School tot Opleiding Inlandsche Arsten) di Jakarta. Budi Utomo dipelopori oleh Dr. Soetomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Gambar 1.1. Dr. Sutomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo
Dua mahasiswa ini menginginkan perubahan pada kondisi rakyat Indonesia pada saat dijajah Belanda, terutama perubahan di bidang pendidikan. Sutomo dan Wahidin telah menyaksikan sendiri bahwa rakyat Indonesia masih banyak yang bodoh dan tertinggal. Hal ini dikarenakan mereka rakyat Indonesia tidak diberi kesempatan oleh Belanda untuk sekolah. Sekolah dibangun dan didirikan hanya khusus untuk rakyat yang memiliki uang yang banyak dan kaya. Padahal sebagian besar rakyat Indonesia sangat miskin dan tak mampu. Untuk makan saja tidak cukup apalagi untuk sekolah. Nah oleh sebab itu Dr. Sutomo dan Dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo sebagai tempat bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya yang ingin membantu pendidikan dan sekolah bagi rakyat Indonesia.
Kemudian dalam perkembangannya Budi Utomo memiliki anggota yang banyak bukan hanya dari mahasiswa STOVIA saja tetapi juga dari mahasiswa lain, pelajar, maupun golongan orang kaya. Budi Utomo juga berhasil mendirikan cabang-cabang dikota-kota lain di Indonesia seperti Yogyakarta, Surabaya, Magelang, dan Bogor.
B. SAREKAT ISLAM
Semula nama organisasi Sarekat Islam (SI) adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1911 di Solo Jawa Tengah. Tujuan utama didirikan organisasi ini adalah meningkatkan kesejahteraan bangsa di bawah naungan panji Islam. Anggota SDI adalah para pedagang pribumi atau pedagang masyarakat Indonesia. Sehingga organisasi ini juga sebagai tempat bersatunya para pedagang asli orang Indonesia. Secara tidak langsung organisasi ini juga mampu mengalahkan penguasaan para pedagang Cina maupun Belanda. Pada tahun 1912 SDI ini berubah nama menjadi SI yang diketuai oleh Haji Omar Said Cokroaminoto atau lebih sering disebut H.O.S. Cokroaminoto, dan pusat aktifitas kegiatan sehari-harinya dipindah ke Surabaya. Sarekat Islam berkembang dengan pesat, dengan dibuktikan pada tahun 1913 jumlah anggotanya mencapai 80.000 orang. Kemudian pada tahun 1918 anggotanya menjadi 450.000 orang.
C. MUHAMMADIYAH
Organisasi yang sama berdiri pada tahun 1912 adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan bukan untuk menyaingi organisasi SI. Tetapi untuk memajukan pendidikan bagi masyarakat dan kegiatan yang bertujuan untuk membantu kebutuhan hidup rakyat Indonesia akibat dijajah oleh Belanda. Muhammadiyah juga berusaha mengembalikan ajaran Islam yang berdasarkan Alquran dan Hadist. Wujud nyata Muhammadiyah membantu masyarakat yang perlu kalian ketahui adalah dengan :
a. Mendirikan sekolah-sekolah
b. Mendirikan rumah sakit
c. Mendirikan rumah anak yatim piatu
Jadi Muhammadiyah telah berhasil berjuang melawan kebodohan dan kemiskinan akibat penjajahan Belanda.
D. INDISCHE PARTIJ
Pada masa penjajahan Belanda seringkali rakyat Indonesia dijadikan budak/pembantu yang tidak dibayar. Ini karena Belanda menganggap rakyat kita adalah bangsa yang jelek dan bodoh. Warna kulitnya saja berbeda dengan warna kulit orang Belanda yang putih. Nah melihat ini semua ada sekelompok pemuda yang menamakan dirinya Tiga Serangkai mendirikan perkumpulan untuk menghilangkan anggapan tersebut. Perkumpulan yang dibentuk oleh Dr. Ciptomangunkusumo, Ernest Francois Eugene (E.F.E) Douwes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara diberi nama Indische Partij. Indische Partij dibentuk pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung dengan tujuan utama berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia tanpa perbedaan warna kulit, bangsa, suku, dan agama. Indische Partij juga mempunyai semboyan yang berbunyi “Indonesia bebas dari negeri Belanda”. Melihat kenyataan ini tentu saja penjajah Belanda sangat marah dan melarang berdirinya Indische Partij. Kalian tahu apa yang dilakukan Belanda untuk membubarkan Indische Partij? Ya penjajah Belanda menangkap tokoh Tiga Serangkai (Dr. Ciptomangunkusumo, Douwes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara) dan membuangnya di negeri Belanda. Dengan demikian berakhirlah perjuangan mereka untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
E. ORGANISASI PEMUDA
Organisasi pemuda yang dimaksud kali ini adalah perkumpulan yang didirikan oleh para pemuda pelajar yang sedang kuliah ataupun sekolah di Jakarta. Pemuda pelajar ini kebanyakan dari luar Jakarta seperti dari Sumatera, Jawa, Sulawesi ataupun Kalimantan. Melihat keberhasilan organisasi – organisasii pergerakan nasional yang telah terbentuk sebelumnya, maka para pemuda pelajar ini berkeinginan untuk membentuk suatu perkumpulan. Perkumpulan ini juga bertujuan mengakrabkan antar pemuda sedaerahnya. Berikut organisasi pemuda yang telah terbentuk :
TRI KORO DARMO
Perkumpulan pemuda ini dibentuk pada tanggal 9 Maret 1915 di Jakarta. Perkumpulan ini pada mulanya didirikan sebagai tempat berkumpulnya para pelajar yang merantau dari Jawa dan Madura. Tujuan utama perkumpulan Tri Koro Darmo adalah mempererat tali persaudaraan diantara pemuda pelajar dari Jawa dan Madura. Pada tahun 1918 nama Tri Koro Darmo diubah namanya menjadi perkumpulan pemuda Jawa atau sering disebut Jong Java. Sehingga anggotanya bisa terbuka bagi seluruh pemuda Jawa.
JONG SUMATERANEN BOND
Jong Sumateranen Bond adalah nama lain dari perkumpulan pemuda pelajar dari Sumatera. Jong Sumateranen Bond didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. Tentu saja pendirinya adalah pemuda dari Sumatera. Tujuannya hampir sama dengan Jong Java, yakni mempererat hubungan dan persaudaraan antara pemuda pelajar dari Sumatera. Tokoh pemuda yang tergabung dalam Jong Sumateranen Bond antara lain M. Hatta, M. Yamin, dan lain-lain.
JONG MINAHASA
Pada tahun 1918 para pemuda pelajar dari Minahasa tak mau ketinggalan juga untuk mendirikan perkumpulan pemuda. Perkumpulan ini dinamakan Jong Minahasa atau perkumpulan pemuda Minahasa. Tujuan hampir pasti sama dengan perkumpulan pemuda lainnya yakni menggalang dan mempererat persatuan di kalangan pemuda pelajar dari Minahasa
JONG CELEBES
Ini adalah perkumpulan pemuda dari Sulawesi. Tujuan didirikannya juga sama, yakni mempererat tali persaudaraan pemuda pelajar dari Sulawesi yang berada di Jakarta.
KONGRES PEMUDA I
Tumbuhnya banyak organisasi pergerakan Nasional seperti yang sudah kalian baca pada bab sebelumnya, menimbulkan rasa kebangsaan dan persatuan di dada para pemuda Indonesia. Mereka yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda dan pelajar yang bersifat kedaerahan sangat mendambakan munculnya persatuan nasional dikalangan pemuda. Mereka menginginkan agar organisasi-organisasi yang ada melebur diri menjadi satu perkumpulan atau organisasi yang bersifat nasional.
Usaha yang mereka lakukan adalah harus diadakan pertemuan. Ide ini terwujud sehingga pada tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta, diadakan Rapat Besar Pemuda-Pemudi Indonesia. Rapat ini dihadiri oleh perwakilan dari organisasi pemuda yang ada. Peristiwa itu dicatat sebagai Kongres Pemuda I. Kongres ini dihadiri oleh wakil-wakil dari berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Bataks, Jong Ambon, dan lain-lain. Yang memimpin Kongres I adalah Muhamad Tabrani. Tujuan Kongres I adalah membentuk perkumpulan pemuda dengan maksud :
a. Memajukan paham persatuan dan kebangsaan
b. Mempererat hubungan antara semua perkumpulan kebangsaan
Walaupun dalam Kongres Pemuda I belum berhasil mendirikan organisasi pemuda yang bersifat nasional, namun pemuda pelajar tidak berputus asa. Mereka tetap berusaha mendirikan sebuah organisasi yang bersifat nasional.
KONGRES PEMUDA II
Pada bulan Juni 1928, dibentuk sebuah panitia untuk persiapan Kongres Pemuda II. Panitia tersebut antara lain diketuai; Sugondo Joyopuspito, wakil ketua; Joko Marsaid, sekretaris; M. Yamin, dan bendahara; Amir Syarifudin. Panitia tersebut sering mengadakan pertemuan-pertemuan dan hasilnya adalah Kongres Pemuda II akan diadakan bulan Oktober. Kongres Pemuda II diselenggarakan mulai tanggal 27 Oktober 1928. Rapat pertama tanggal 27 Oktober 1928 diselenggarakan di gedung Katholieke Jongelingen Bond (gedung pemuda Katolik) di lapangan Banteng sekarang. Dalam rapat ini belum menghasilkan keputusan apapun, tetapi peserta rapat banyak sekali yang menyampaikan ide-idenya agar dibentuk sebuah Organisasi Pemuda Nasional. Rapat kedua diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928 pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB bertempat digedung Oost Java Bioscoop (sekarang Jl. Medan Merdeka Utara nomor 14). Dalam rapat kedua ini para pemuda sudah berhasil merumuskan ide-ide untuk mempersatukan pemuda Indonesia. Kemudian rapat dihentikan karena demi keamana. Maklum tentara Belanda banyak yang mendatangi lokasi rapat, sehingga rapat dibubarkan sementara.
Setelah dalam kondisi yang aman rapat dilanjutkan kembali. Kali ini rapat yang ketiga diselenggarakan tanggal 28 Oktober 1928 pukul 17.30 WIB bertempat di gedung Indonesch Clubhuis Jl. Kramat Raya nomor 106 (sekarang disebut gedung Sumpah Pemuda). Kongres Pemuda II ini dihadiri oleh lebih kurang 750 orang utusan dari berbagai organisasi pemuda yang ada. Kongres Pemuda II ini berjalan penuh gelora semangat persatuan nasional pemuda Indonesia. Sebagai harapan bangsa, pemuda-pemuda ini sangat mendambakan persatuan dan kesatuan dikalangan pemuda Indonesia sebagai modal mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pemerintah penjajah Belanda merasa sangat cemas dan takut terhadap kegiatan kongres pemuda tersebut. Oleh karena itu jalannya sidang dijaga sangat ketat oleh tentara Belanda. Tetapi penjagaan tentara Belanda ini tidak menyurutkan semangat para pemuda untuk bersatu. Dalam kesempatan waktu istirahat, Wage Rudolf Supratman seorang wartawan dan pencipta lagu, minta izin kepada Sugondo Joyopuspito selaku ketua sidang untuk memperdengarkan lagu ciptaannya berjudul Indonesia Raya. Setelah mendapat ijin dari ketua sidang, W.R. Supratman tampil ke depan untuk memperdengarkan lagu Indonesia Raya ciptaannya. Bukan nyanyian yang dilantunkan, tetapi permainan biola yang dimainkan. Para hadirin sangat terpukau mendengar lagu Indonesia Raya yang dimainkan oleh WR. Supratman melalui gesekan biolanya tersebut. Demikianlah untuk pertama kali lagu Indonesia Raya dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928. Keputusan yang penting yang diambil dalam Kongres Pemuda II ini adalah ikrar “Sumpah Pemuda”. Isi sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928 adalah sebagai berikut :
1. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
2. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
3. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Ini berarti bahwa para pemuda Indonesia berjanji akan selalu bersatu tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, warna kulit, status, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Modal inilah yang bisa mengantarkan bangsa Indonesia nantinya merdeka, bersatu, berdaulat 17 Agustus 1945. Dengan demikian NKRI selalu terwujud tanpa perpecahan yang berarti.
*) Guru IPS SDBI AL Hikmah Surabaya
Label:
Indonesia,
Kemerdekaan,
Sumpah Pemuda
Jumat, 16 Oktober 2009
PR tambahan bahasa Indonesia kelas IV
Ubahlh kalimat langsung menjadi kalimat taklangsung
Ubahlah kalimat langsung di bawah ini menjadi kalimat taklangsung.
1. "Bunda tadi pagi berangkat ke Singapura." kata Firly.
2. Tante Ruli pun bertanya, "Ada apa kok ke Singapura lagi?"
3. "Saya kurang tahu tante." jawab Firly.
4. "Bunda menjenguk temannya yang sedang sakit tante." jawab Fino, kakak Firly.
Selamat Mengerjakan Selengkapnya......
Senin, 05 Oktober 2009
SD Al Hikmah Dukung Batik Indonesia
Al Hikmah sebagai Lembaga Pendidikan Bertaraf Internasional turut mendukung 1000 % Terhadap Pengukuhan Batik Indonesia Oleh Badan Internasional UNESCO Sebagai Batik hasil karya besar Putra Putri Indonesia.
Jari-jari cantik ibu pertiwi telah menorehkan tintannya untuk mencetak batik-batik Indonesia, dan kini tepat tanggal 2 Oktober 2009 Kepala Sekolah SD Al Hikmah beserta guru-guru sedang menyambut kedatangan siswa-siswi Al Hikmah dengan berbusana Batik Buatan Indonesia Asli.
Selengkapnya......
Label:
Batik,
Internasional
Rabu, 09 September 2009
8 Amalan Utama di Bulan Ramadhan (5-8)
5. Taubat
Ramadhan adalah saat yang paling tepat bagi kita untuk meminta ampun atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Ini adalah bulan dimana pintu maaf Allah terbuka lebar. Rasulullah bersabda:
Ramadhan adalah saat yang paling tepat bagi kita untuk meminta ampun atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Ini adalah bulan dimana pintu maaf Allah terbuka lebar. Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya pada setiap malam dari bulan Ramadhan, Allah menetapkan orang-orang yang dibebaskan dari neraka." (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)
6. Beraktifitas Sosial dan Dakwah
Tidurnya orang puasa memang bernilai ibadah. Tapi jangan dipahami bahwa di bulan ini aktifitas sosial dan dakwah dikurangi. Malah harus lebih ditingkatkan lagi. Rasulullah justru banyak mengukir prestasi gemilang di medan dakwah di bulan Ramadhan. Harusnya inilah momen spesial bagi setiap muslim untuk lebih giat berdakwah, menebar hidayah Allah. Rasulullah bersabda kepada Ali ra.: "Jika Allah Swt memberi hidayah kepada seseorang dengan perantara engkau, itu lebih baik daripada unta yang sangat mahal." (Muttafaqun 'Alaih)
7. Meningkatkan Ibadah di 10 Hari Terakhir Ramadhan.
Adalah Rasulullah Saw yang di 10 hari terakhir Ramadhan beri'tikaf di masjid siang dan malam. Beliau juga memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh mendapatkan Lailatul Qodar. 'Aisyah ra. berkata: "Apabila telah masuk 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, Rasulullah Saw menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikat pinggangnya." (Muttafaqun 'Alaih)
8. Zakat Fitrah
Sebagai penutup rangkaian kemuliaan Ramadhan, setiap kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah. Zakat ini berfungsi sebagai pensuci puasa kita dari kata-kata kotor atau perbuatan sia-sia. Juga sebagai wujud kepedulian muslim kepada fakir miskin.
Selengkapnya......
6. Beraktifitas Sosial dan Dakwah
Tidurnya orang puasa memang bernilai ibadah. Tapi jangan dipahami bahwa di bulan ini aktifitas sosial dan dakwah dikurangi. Malah harus lebih ditingkatkan lagi. Rasulullah justru banyak mengukir prestasi gemilang di medan dakwah di bulan Ramadhan. Harusnya inilah momen spesial bagi setiap muslim untuk lebih giat berdakwah, menebar hidayah Allah. Rasulullah bersabda kepada Ali ra.: "Jika Allah Swt memberi hidayah kepada seseorang dengan perantara engkau, itu lebih baik daripada unta yang sangat mahal." (Muttafaqun 'Alaih)
7. Meningkatkan Ibadah di 10 Hari Terakhir Ramadhan.
Adalah Rasulullah Saw yang di 10 hari terakhir Ramadhan beri'tikaf di masjid siang dan malam. Beliau juga memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh mendapatkan Lailatul Qodar. 'Aisyah ra. berkata: "Apabila telah masuk 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, Rasulullah Saw menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikat pinggangnya." (Muttafaqun 'Alaih)
8. Zakat Fitrah
Sebagai penutup rangkaian kemuliaan Ramadhan, setiap kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah. Zakat ini berfungsi sebagai pensuci puasa kita dari kata-kata kotor atau perbuatan sia-sia. Juga sebagai wujud kepedulian muslim kepada fakir miskin.
Jumat, 04 September 2009
Soal Tantangan
banyak bilangan 3 angka antara 100 s.d 500 dengan jumlah angka satuan dan ratusan bisa dibagi 3?
Selengkapnya......
Label:
soal
Senin, 24 Agustus 2009
8 Amalan Utama di Bulan Ramadhan (3-4)
3. Berinfaq dan Memberikan Buka Puasa
Dari Ibnu Abbas ra. meriwayatkan dalam hadits Bukhari, bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan dan kedermawanannya memuncak ketika Ramadhan tiba, bagaikan angin yang berhembus. Dalam hadits lain, Rasulullah Saw. bersabda:
Dari Ibnu Abbas ra. meriwayatkan dalam hadits Bukhari, bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan dan kedermawanannya memuncak ketika Ramadhan tiba, bagaikan angin yang berhembus. Dalam hadits lain, Rasulullah Saw. bersabda:
"Barangsiapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala senilai pahala yang didapatkan orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala yang berpuasa sedikitpun." (HR. Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
4. Membaca Al Qur'an
Membaca Al Qur'an setiap hari adalah amal yang diperintahkan bagi setiap muslim. Dan tentu harus ditingkatkan di bulan Ramadhan. Apalagi bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur'an. Syukur kalau tidak hanya membaca, tapi juga memahami makna, menghafalkan bahkan mendakwahkan nilai-nilai Al Qur'an.
5. ...
Selengkapnya......
4. Membaca Al Qur'an
Membaca Al Qur'an setiap hari adalah amal yang diperintahkan bagi setiap muslim. Dan tentu harus ditingkatkan di bulan Ramadhan. Apalagi bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur'an. Syukur kalau tidak hanya membaca, tapi juga memahami makna, menghafalkan bahkan mendakwahkan nilai-nilai Al Qur'an.
5. ...
Minggu, 23 Agustus 2009
8 Amalan Utama di Bulan Ramadhan (2)
2. Menghidupkan Malam Ramadhan dengan Ibadah
Sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di malam-malam bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Rasulullah:
Sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di malam-malam bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Rasulullah:
"Barangsiapa yang menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah, karena iman dan semata mengharapkan ridho Allah, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
3. ...
Selengkapnya......
3. ...
Sabtu, 22 Agustus 2009
8 Amalan Utama di bulan Ramadhan (1)
1. Puasa
Ini adalah amaliah yang paling istimewa selama bulan Ramadhan. Tidak saja sebagai penghapus dosa dosa-dosa, tapi juga sebagai ibadah yang tiada banding karena kebaikannya akan dilipatgandakan tidak terhingga.
Ini adalah amaliah yang paling istimewa selama bulan Ramadhan. Tidak saja sebagai penghapus dosa dosa-dosa, tapi juga sebagai ibadah yang tiada banding karena kebaikannya akan dilipatgandakan tidak terhingga.
Rasulullah bersabda: "Shalat 5 waktu, Jum'at sampai Jum'at berikutnya, Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, adalah penghapus dosa-dosa antara keduanya, sepanjang dosa-dosa besar ditinggalkan." (HR Muslim)
Agar puasa kita berkualitas, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Selengkapnya......
Agar puasa kita berkualitas, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- Memahami ilmu dan rambu-rambunya.
- Bersungguh-sungguh menjalankan puasa dengan menaati aturannya.
- Menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi/menggugurkan nilai puasa.
- Tidak meninggalkan puasa dengan sengaja tanpa halangan yang dibenarkan agama.
- Makan sahur dan mengakhirkannya.
- Berbuka dan menyegerakannya.
- Berdo'a terutama pada saat berbuka.
Kamis, 20 Agustus 2009
Tarhib Ramadhan 1430
Kamis (20/8), seluruh siswa SD Al Hikmah berpenampilan tidak seperti biasanya. Dalam rangka menyambut kedatangan bulan Ramadhan, mereka seluruhnya tidak menggunakan seragam namun menggunakan pakaian bebas muslim.
Sebar brosur menyambut Ramadhan di sekitar lingkungan SD Al Hikmah adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh perwakilan dari masing-masing kelas (baca: ketua kelas). Sementara siswa-siswa yang lain mengikuti kegiatan tarhib ramadhan di Hall untuk kelas 4, 5, dan 6. Untuk kelas 1, 2 dan 3 mengikuti kegiatan di serambi masjid Al Hikmah. Kegiatan di Hall diisi dengan tausiah oleh Da'iah Cilik Ais siswa SMP Al Hikmah, finalis Pildacil. Selain kegiatan sebar brosur dan tausiah menjelang Ramadhan, siswa siswi SD Al Hikmah juga melakukan kegiatan menulis ucapan selamat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan melalui kartu pos yang akan dikirimkan ke alamat yang dituju oleh masing-masing siswa. Tak ketinggalan, juga dikompetisikan musik 'beduk sahur' antar masing-masing kelas.
Selengkapnya......
Rabu, 19 Agustus 2009
WIB atau BBWI sih?
Alex Murgito
Sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1987, wilayah waktu di Indonesia dibagi menjadi tiga yang masing-masing dikenal oleh masyarakat dengan singkatan WIB, Wita dan WIT.
Bentuk kepanjangannya masing-masing adalah Waktu
Indonesia Barat, Waktu Indonesia Tengah, dan Waktu Indonesia Timur. Pada ungkapan itu kata barat, tengah, dan timur menerangkan kelompok kata waktu Indonesia dan bukan hanya menerangkan kata Indonesia. Dengan demikian, harus ditafsirkan bahwa yang dibagi adalah wilayah waktu, bukan wilayah (pemerintahan) Indonesia menjadi Indonesia Barat, Indonesia Tengah, ataupun Indonesia Timur.
Dalam penggunaannya di masyarakat muncul singkatan BBWI, alih-alih WIB. Ada yang menyebutkan kepanjangannya (a) Bagian Barat Wilayah Indonesia dan ada pula yang menyebutkan (b) Bagian Barat Waktu Indonesia. Kepanjangan (a) tidak mengacu ke wilayah waktu. Selain itu, Bagian Barat Wilayah Indonesia dapat ditafsirkan ‘daerah yang terletak di sebelah barat di luar wilayah Indonesia’ karena dalam urutan kata seperti itu kelompok kata bagian barat diterangkan oleh kelompok kata wilayah Indonesia. Kepanjangan (b) lebih kacau lagi tafsirannya karena kelompok kata bagian barat yang diterangkan oleh kelompok kata waktu Indonesia sulit dipahami maknanya. Dalam hal itu terjadi pembalikan urutan diterangkan-menerangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Bahasa menganjurkan agar masyarakat pemakai bahasa Indonesia untuk tetap menggunakan ungkapan yang lazim dan benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Dengan demikian, di dalam hal pembagian (wilayah) waktu di Indonesia, penggunaan singkatan yang benar adalah WIB (bukan BBWI).
(sumber Pusat Bahasa)
* Guru SDBI AL Hikmah Surabaya
Selengkapnya......
Sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1987, wilayah waktu di Indonesia dibagi menjadi tiga yang masing-masing dikenal oleh masyarakat dengan singkatan WIB, Wita dan WIT.
Bentuk kepanjangannya masing-masing adalah Waktu
Indonesia Barat, Waktu Indonesia Tengah, dan Waktu Indonesia Timur. Pada ungkapan itu kata barat, tengah, dan timur menerangkan kelompok kata waktu Indonesia dan bukan hanya menerangkan kata Indonesia. Dengan demikian, harus ditafsirkan bahwa yang dibagi adalah wilayah waktu, bukan wilayah (pemerintahan) Indonesia menjadi Indonesia Barat, Indonesia Tengah, ataupun Indonesia Timur.
Dalam penggunaannya di masyarakat muncul singkatan BBWI, alih-alih WIB. Ada yang menyebutkan kepanjangannya (a) Bagian Barat Wilayah Indonesia dan ada pula yang menyebutkan (b) Bagian Barat Waktu Indonesia. Kepanjangan (a) tidak mengacu ke wilayah waktu. Selain itu, Bagian Barat Wilayah Indonesia dapat ditafsirkan ‘daerah yang terletak di sebelah barat di luar wilayah Indonesia’ karena dalam urutan kata seperti itu kelompok kata bagian barat diterangkan oleh kelompok kata wilayah Indonesia. Kepanjangan (b) lebih kacau lagi tafsirannya karena kelompok kata bagian barat yang diterangkan oleh kelompok kata waktu Indonesia sulit dipahami maknanya. Dalam hal itu terjadi pembalikan urutan diterangkan-menerangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Bahasa menganjurkan agar masyarakat pemakai bahasa Indonesia untuk tetap menggunakan ungkapan yang lazim dan benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Dengan demikian, di dalam hal pembagian (wilayah) waktu di Indonesia, penggunaan singkatan yang benar adalah WIB (bukan BBWI).
(sumber Pusat Bahasa)
* Guru SDBI AL Hikmah Surabaya
Label:
Bahasa Indonesia
Selasa, 18 Agustus 2009
Persembahan Al Hikmah untuk Bangsa
“Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita…”
Dengan diiringi lagu di atas, para siswa SD Al Hikmah dengan antusias mengikuti acara-acara khas tujuh belasan di SD Al Hikmah. Acara diawali dengan kirab kemerdekaan. Yang berbeda kali ini adalah penyerahan bekdera merah putih oleh kepala sekolah kepada M. Rizki Aulia Bisri (Kiki), yang merupakan duta bangsa Indonesia untuk mengikuti Inteternational Mathematics Contest di Singapura yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009.
Pada kesempatan itu kepala sekolah berpesan agar Kiki bisa mengharumkan nama bangsa sebagai bentuk terima kasih atas jasa para pahlawan. Setelah itu kirab yang diikuti seluruh siswa dan guru SD Al Hikmah yang memapakai pakaian ala pahlawan dilepas oleh kepala sekolah.
Pekik “MERDEKA” sahut-menyahut saat acara kirab perjuangan tanggal 15 Agustus. Dengan atribut merah putih, hiasan kepala warna-warni, serta spanduk dengan berbagai kalimat pengobar semangat para siswa, guru, dan karyawan berjalan di lokasi sekitar sekolah dengan diiringi lagu-lagu dan yel-yel perjuangan dari pengeras suara yang diangkut oleh abang becak. Dengan demikian jadilah hari itu hari yang penuh dengan nuansa perjuangan karena setelah acara kirab dilanjutkan lomba menyanyikan lagu Indonesia raya, membaca teks proklamasi, dan pancasila.
Pada acara puncak, yaitu waktu Upacara peringatan detik-detik proklamasi yang bertempat di lapangan bola SD Al Hikmah Surabaya siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 beserta ustad dan ustadzah mengikuti acara dengan khidmad. Pemimpin upacara, yaitu Antok kelas 6B memimpin upcara dengan tegas dan berwibawa. Panas dan terik matahari itu tidak menghalangi kekhidmatan acara itu. Ini bisa dilihat dari antusiasme peserta uapacara yang semuanya datang tepat waktu dan tidak ada yang absen.
Saat acara puncak acara HUT kemerdekaan RI ke-64 itu, kepala sekolah SD, Drs. Gatot Sulanjono menegaskan bahwa untuk menunjukkan bahwa kita mewarisi semangat para pahlawan adalah dengan belajar dan bekerja. Secara khusus Bapak kepala sekolah berbicara tentang Al Hikmah di masa yang akan datang tidak hanya diperhitungkan di kancah nasional, tetapi juga di perhitungkan di kalangan internasional sebagai wujud persembahan Al hikmah Untuk Bangsa Indonesia. MERDEKA…! (bee)
Selengkapnya......
Itulah hari kemerdekaan kita…”
Dengan diiringi lagu di atas, para siswa SD Al Hikmah dengan antusias mengikuti acara-acara khas tujuh belasan di SD Al Hikmah. Acara diawali dengan kirab kemerdekaan. Yang berbeda kali ini adalah penyerahan bekdera merah putih oleh kepala sekolah kepada M. Rizki Aulia Bisri (Kiki), yang merupakan duta bangsa Indonesia untuk mengikuti Inteternational Mathematics Contest di Singapura yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009.
Pada kesempatan itu kepala sekolah berpesan agar Kiki bisa mengharumkan nama bangsa sebagai bentuk terima kasih atas jasa para pahlawan. Setelah itu kirab yang diikuti seluruh siswa dan guru SD Al Hikmah yang memapakai pakaian ala pahlawan dilepas oleh kepala sekolah.
Pekik “MERDEKA” sahut-menyahut saat acara kirab perjuangan tanggal 15 Agustus. Dengan atribut merah putih, hiasan kepala warna-warni, serta spanduk dengan berbagai kalimat pengobar semangat para siswa, guru, dan karyawan berjalan di lokasi sekitar sekolah dengan diiringi lagu-lagu dan yel-yel perjuangan dari pengeras suara yang diangkut oleh abang becak. Dengan demikian jadilah hari itu hari yang penuh dengan nuansa perjuangan karena setelah acara kirab dilanjutkan lomba menyanyikan lagu Indonesia raya, membaca teks proklamasi, dan pancasila.
Pada acara puncak, yaitu waktu Upacara peringatan detik-detik proklamasi yang bertempat di lapangan bola SD Al Hikmah Surabaya siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 beserta ustad dan ustadzah mengikuti acara dengan khidmad. Pemimpin upacara, yaitu Antok kelas 6B memimpin upcara dengan tegas dan berwibawa. Panas dan terik matahari itu tidak menghalangi kekhidmatan acara itu. Ini bisa dilihat dari antusiasme peserta uapacara yang semuanya datang tepat waktu dan tidak ada yang absen.
Saat acara puncak acara HUT kemerdekaan RI ke-64 itu, kepala sekolah SD, Drs. Gatot Sulanjono menegaskan bahwa untuk menunjukkan bahwa kita mewarisi semangat para pahlawan adalah dengan belajar dan bekerja. Secara khusus Bapak kepala sekolah berbicara tentang Al Hikmah di masa yang akan datang tidak hanya diperhitungkan di kancah nasional, tetapi juga di perhitungkan di kalangan internasional sebagai wujud persembahan Al hikmah Untuk Bangsa Indonesia. MERDEKA…! (bee)
Label:
HUT,
Merdeka,
Peringatan,
RI
Rabu, 12 Agustus 2009
Sukses Ujian, Prestasi Sekolah atau LBB?*
Mohammad Efendi **
Coreng hitam menghias muka pendidikan kita awal Mei ini. Pasalnya, seperti yang ramai diberitakan di media, beberapa sekolah gagal meluluskan siswanya. Bahkan ada sekolah di belahan timur Pulau Jawa yang gagal 100 persen. Setelah dirunut, ternyata siswa lebih mempercayai kunci jawaban palsu untuk diisikan di LJK (Lembar Jawaban Komputer), dibanding dengan hasil olah pikir mereka sendiri. Menyedihkan!
Coreng hitam menghias muka pendidikan kita awal Mei ini. Pasalnya, seperti yang ramai diberitakan di media, beberapa sekolah gagal meluluskan siswanya. Bahkan ada sekolah di belahan timur Pulau Jawa yang gagal 100 persen. Setelah dirunut, ternyata siswa lebih mempercayai kunci jawaban palsu untuk diisikan di LJK (Lembar Jawaban Komputer), dibanding dengan hasil olah pikir mereka sendiri. Menyedihkan!
Padahal sekolah tersebut tergolong favorit. Solusi yang ditawarkan BSNP pun aneh, dan keluar dari rel. Mengapa demikian? Karena ujian ulang yang akan mereka gelar untuk siswa yang terbukti langcung tersebyut jelas-jelas tak ada dalam POS (Panduan Pelaksanaan Operasional) ujian. Jelas, hal ini menjadi perdebatan marak. Seperti yang kita ketahui, kelulusan SMP dan SMA sangat bergantung kepada hasil Unas mereka. Dan berpatokan pada ketetapan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), tahun ini, angka standar kelulusan sebesar 5,50.
Sementara itu, bagi siswa SD, kelihatannya tak banyak hal yang merintangi untuk dapat lulus. Karena kelulasan masih di tangan sekolah masing-masing. Bahkan boleh jadi, hasil UASBN pun masih bisa dinego sebagai syarat kelulusan. Karena, seperti penuturan Kepala Dispendik Kota Surabaya, Bapak Sahudi, standar komitmen kelulusan siswa SD metropolis ini “hanya “ 2,81. Angka itu didapat dari rata-rata standar kelulusan yang disetorkan sekolah kepada dinas pendidikan. Dan uniknya, meskipun nilai tersebut tergolong minim, itu pun masih bisa dilanggar oleh sekolah yang ngotot siswanya lulus.. “Sekolah boleh melanggar standar komitmen kelulusan tersebut, tapi harus melaporkan kepada kami,” ujar mantan kepala SMAN 15 itu.
Seiring dengan itu, guna meraih kelulusan maksimal, bulan-bulan lalu, sekolah telah mendesain pembelajaran untuk sukses ujian. Usaha gigih yang dipakai manajemen sekolah pun bermacam-macam. Mulai dari pematangan penguasaaan materi pelajaran, sampai mengarah ke spiritual. Les-les sepulang sekolah, atau tambahan jam pelajaran menjadi program yang wajar ada. Bahkan, jika tak ada, ada kalanya wali murid menanyakannya keseriusan sekolah dalam mempersiapkan anaknya untuk ujian. Demikain pula dengan upaya penguatan ruhani lewat shalat malam dan istigosah bersama. Luar biasa!
Namun, benarkah hajat tahunan ini hanya menjadi milik sekolah? Tentu tidak. Ada pihak lain yang turut “memanfaatkan” rutinitas ini untuk mengatrol bisnis mereka, yaitu LBB (Lembaga Bimbingan Belajar). Bagi LBB, momen ujian dimanfaatkan sebagai salah satu poin yang digemborkan ke orang tua untuk membelajarkan anaknya di LBB tersebut. Mereka menawarkan solusi bagi kekhawatiran orangtua akan prestasi belajar anaknya. Mudahnya, seolah mereka bicara, “Jika ingin sukses ujian, ikutlah bimbingan di LBB kami.” Bahkan berdasar penuturan beberapa teman, sudah bukan hal baru jika sekolah merangkul LBB untuk mengisi bimbingan pelajar di sekolah mereka. Jika sudah demikian, berati ada dua pemain yang menjadi katalis peningkatan kemampuan siswa: guru sekolah dan LBB.
Sehubungan dengan itu semua, wajarlah bila kemudian muncul pertanyaan. Bila anak sukses ujian, sedangkan sang anak ikut bimbingan belajar, itu prestasi siapa? Prestasi sekolah atau LBB? Atau semata-mata prestasi siswa? Inilah pertanyaan yang mungkin perlu direnungkan kembali. Bukan untuk menggugat sekolah atau LBB. Tapi lebih semacam upaya mempertanyakan peranan sekolah dalam melaksanakan amanah dalam mendidik siswa. Karena, bagimanapun juga, institusi inilah yang hendaknya didorong untuk mendidik siswa sesuai dengan fungsinya. Jangan sampai keberadaannya termarginalkan oleh LBB.
Tentu menjadi kebanggaan bagi sekolah bila ada siswanya yang meraih nilai UAN tertinggi di wilayahnya. Karena itu merupakan poin positif dalam melambungkan nama sekolah. Namun, benarkan prestasi itu muncul semata-mata sebagai buah upaya sekolah? Ini yang perlu dipertanyakan. Karena bukan tidak mungkin, ada faktor lain yang justru dominan mengalir di dalamnya. Misalnya, dengan nambah jam belajar di luar kelas. salah satunya lewat privat atau LBB. Inilah yang mestinya direkam secara kritis oleh wali murid di Metropolis. Hingga mereka benar-benar bisa memilih sekolah yang sesuai dengan anaknya. Bukan hanya berdasar kata orang, atau label favorit atau nonfavorit saja.
Luar biasa memang, penetrasi LBB ke dunia pendidikan sekarang ini. Kemunculannya yang dulu hanya dianggap sebagai teman belajar siswa, kini menguat menjadi instansi pendidikan itu sendiri. Ada beberapa nama LBB yang kini hadir di Surabaya. Ada yang memang hanya ada di Surabaya saja, namun ada pula yang tergolong LBB besar dan ternama. LBB tersebut telah sukses menjalarkan tangannya di kota-kota tanah air ini. Salah satunya Primagama yang familiar dengan wajah Rano “si Doel” Karno.
Guna menancapkan taringnya di sebuah sekolah, mereka tak segan-segan mengadakan try out gratis. Dan arahnya bisa ditebak, kegiatan ini ibarat kail yang akan menghasilkan bondongan siswa yang ikut nambah kaweruh di tempatnya. Dan jika siswa didikan mereka berhasil diterima di sekolah atau perguruan tinggi ternama (ITS, Unair, UGM, dll), mereka akan memampangkannya di depan tempat bimbingan. Mungkin sebagai pembakar spirit, atau menunjukkan prestasi yang telah dicapai.
Secara pragmatis, kehadiran LBB dan semacamnya dapat menjadi partner sekolah atau orang tua untuk meningkatkan prestasi anak didiknya di sekolah. Jika targetnya hanya kognitif saja. Misalnya sukses UAN, masuk perguruan tinggi, dll. Namun secara menyeluh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Yaitu, sekolah tak boleh hanya mengurusi kognitif, tapi juga harus mengembangkan psikomotor dan afektif siswa. Di lain pihak, biasanya ranah psikomotor dan afektif tak diurusi di lembaga-lembaga tersebut. Padahal, dua aspek itulah yang menjadi semangat KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berganti nama dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Masalah pengelolaan pendidikan, dewasa ini memang tak lebas dari penggunaan jaringan. Maksudnya, perlu membangun jaringan kerja sama dengan lembaga-lembaga sejenis yang memiliki tujuan sama. Hingga sekolah yang bersangkutan mampu mengukur prestasi anak didiknya di antara siswa-siswa sekolah yang lain. Hingga, istilah jago kandang tak muncul di sekolah tersebut. Sekat-sekat tembok sekolah perlu disingkirkan sejauh mungkin. Sekolah lewat manajemen terukur harus mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki tujuan sama dengan sekolah-sekolah lain. Jadi, jangan hanya bertarung sendirian. Tapi gunakan kemampuan kebersamaan untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Apakah hanya dengan sesama sekolah saja kerja sama itu dibangun? Tak ada salahnya juga dengan LBB. Asalkan, tetap terkontrol.
Berkaitan dengan siswa yang ikut belajar di luar sekolah, secara umum, sikap sekolah di Surabaya cukup beragam. Ada sekolah yang membiarkan, bahkan merasa terbantu. Namun ada juga yang memohon orangtua untuk tetap memercayakan masalah pendidikan anaknya kepada sekolah. Fenomena kedua ini biasanya didasari pada tingkat kelelahan fisik dan emosi siswa yang telah belajar seharian di sekolah. Terutama sekolah berjenis full day. Lagi pula, tak semua masalah pelajaran di sekolah dapat diobati dengan les privat atau ikut LBB. Bisa jadi ada aspek lain yang menyebabkan anak kurang memahami pelajaran.
Namun, yang lebih penting dari itu semua adalah, sekolah harus mampu menunjukkan prestasi secara independen. Maksudnya, prestasi yang diperoleh sekolah haruslah benar-benar jerih payah sekolah. Bukan karena siswa belajar di tempat lain, lalu membuat harum nama sekolah.
efendialhikmah@yahoo.co.id
* Tulisan tersebut dimuat di Radar Surabaya, 8 Juni 2009
** Guru SDBI Al Hikmah Surabaya
Selengkapnya......
Sementara itu, bagi siswa SD, kelihatannya tak banyak hal yang merintangi untuk dapat lulus. Karena kelulasan masih di tangan sekolah masing-masing. Bahkan boleh jadi, hasil UASBN pun masih bisa dinego sebagai syarat kelulusan. Karena, seperti penuturan Kepala Dispendik Kota Surabaya, Bapak Sahudi, standar komitmen kelulusan siswa SD metropolis ini “hanya “ 2,81. Angka itu didapat dari rata-rata standar kelulusan yang disetorkan sekolah kepada dinas pendidikan. Dan uniknya, meskipun nilai tersebut tergolong minim, itu pun masih bisa dilanggar oleh sekolah yang ngotot siswanya lulus.. “Sekolah boleh melanggar standar komitmen kelulusan tersebut, tapi harus melaporkan kepada kami,” ujar mantan kepala SMAN 15 itu.
Seiring dengan itu, guna meraih kelulusan maksimal, bulan-bulan lalu, sekolah telah mendesain pembelajaran untuk sukses ujian. Usaha gigih yang dipakai manajemen sekolah pun bermacam-macam. Mulai dari pematangan penguasaaan materi pelajaran, sampai mengarah ke spiritual. Les-les sepulang sekolah, atau tambahan jam pelajaran menjadi program yang wajar ada. Bahkan, jika tak ada, ada kalanya wali murid menanyakannya keseriusan sekolah dalam mempersiapkan anaknya untuk ujian. Demikain pula dengan upaya penguatan ruhani lewat shalat malam dan istigosah bersama. Luar biasa!
Namun, benarkah hajat tahunan ini hanya menjadi milik sekolah? Tentu tidak. Ada pihak lain yang turut “memanfaatkan” rutinitas ini untuk mengatrol bisnis mereka, yaitu LBB (Lembaga Bimbingan Belajar). Bagi LBB, momen ujian dimanfaatkan sebagai salah satu poin yang digemborkan ke orang tua untuk membelajarkan anaknya di LBB tersebut. Mereka menawarkan solusi bagi kekhawatiran orangtua akan prestasi belajar anaknya. Mudahnya, seolah mereka bicara, “Jika ingin sukses ujian, ikutlah bimbingan di LBB kami.” Bahkan berdasar penuturan beberapa teman, sudah bukan hal baru jika sekolah merangkul LBB untuk mengisi bimbingan pelajar di sekolah mereka. Jika sudah demikian, berati ada dua pemain yang menjadi katalis peningkatan kemampuan siswa: guru sekolah dan LBB.
Sehubungan dengan itu semua, wajarlah bila kemudian muncul pertanyaan. Bila anak sukses ujian, sedangkan sang anak ikut bimbingan belajar, itu prestasi siapa? Prestasi sekolah atau LBB? Atau semata-mata prestasi siswa? Inilah pertanyaan yang mungkin perlu direnungkan kembali. Bukan untuk menggugat sekolah atau LBB. Tapi lebih semacam upaya mempertanyakan peranan sekolah dalam melaksanakan amanah dalam mendidik siswa. Karena, bagimanapun juga, institusi inilah yang hendaknya didorong untuk mendidik siswa sesuai dengan fungsinya. Jangan sampai keberadaannya termarginalkan oleh LBB.
Tentu menjadi kebanggaan bagi sekolah bila ada siswanya yang meraih nilai UAN tertinggi di wilayahnya. Karena itu merupakan poin positif dalam melambungkan nama sekolah. Namun, benarkan prestasi itu muncul semata-mata sebagai buah upaya sekolah? Ini yang perlu dipertanyakan. Karena bukan tidak mungkin, ada faktor lain yang justru dominan mengalir di dalamnya. Misalnya, dengan nambah jam belajar di luar kelas. salah satunya lewat privat atau LBB. Inilah yang mestinya direkam secara kritis oleh wali murid di Metropolis. Hingga mereka benar-benar bisa memilih sekolah yang sesuai dengan anaknya. Bukan hanya berdasar kata orang, atau label favorit atau nonfavorit saja.
Luar biasa memang, penetrasi LBB ke dunia pendidikan sekarang ini. Kemunculannya yang dulu hanya dianggap sebagai teman belajar siswa, kini menguat menjadi instansi pendidikan itu sendiri. Ada beberapa nama LBB yang kini hadir di Surabaya. Ada yang memang hanya ada di Surabaya saja, namun ada pula yang tergolong LBB besar dan ternama. LBB tersebut telah sukses menjalarkan tangannya di kota-kota tanah air ini. Salah satunya Primagama yang familiar dengan wajah Rano “si Doel” Karno.
Guna menancapkan taringnya di sebuah sekolah, mereka tak segan-segan mengadakan try out gratis. Dan arahnya bisa ditebak, kegiatan ini ibarat kail yang akan menghasilkan bondongan siswa yang ikut nambah kaweruh di tempatnya. Dan jika siswa didikan mereka berhasil diterima di sekolah atau perguruan tinggi ternama (ITS, Unair, UGM, dll), mereka akan memampangkannya di depan tempat bimbingan. Mungkin sebagai pembakar spirit, atau menunjukkan prestasi yang telah dicapai.
Secara pragmatis, kehadiran LBB dan semacamnya dapat menjadi partner sekolah atau orang tua untuk meningkatkan prestasi anak didiknya di sekolah. Jika targetnya hanya kognitif saja. Misalnya sukses UAN, masuk perguruan tinggi, dll. Namun secara menyeluh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Yaitu, sekolah tak boleh hanya mengurusi kognitif, tapi juga harus mengembangkan psikomotor dan afektif siswa. Di lain pihak, biasanya ranah psikomotor dan afektif tak diurusi di lembaga-lembaga tersebut. Padahal, dua aspek itulah yang menjadi semangat KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berganti nama dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Masalah pengelolaan pendidikan, dewasa ini memang tak lebas dari penggunaan jaringan. Maksudnya, perlu membangun jaringan kerja sama dengan lembaga-lembaga sejenis yang memiliki tujuan sama. Hingga sekolah yang bersangkutan mampu mengukur prestasi anak didiknya di antara siswa-siswa sekolah yang lain. Hingga, istilah jago kandang tak muncul di sekolah tersebut. Sekat-sekat tembok sekolah perlu disingkirkan sejauh mungkin. Sekolah lewat manajemen terukur harus mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki tujuan sama dengan sekolah-sekolah lain. Jadi, jangan hanya bertarung sendirian. Tapi gunakan kemampuan kebersamaan untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Apakah hanya dengan sesama sekolah saja kerja sama itu dibangun? Tak ada salahnya juga dengan LBB. Asalkan, tetap terkontrol.
Berkaitan dengan siswa yang ikut belajar di luar sekolah, secara umum, sikap sekolah di Surabaya cukup beragam. Ada sekolah yang membiarkan, bahkan merasa terbantu. Namun ada juga yang memohon orangtua untuk tetap memercayakan masalah pendidikan anaknya kepada sekolah. Fenomena kedua ini biasanya didasari pada tingkat kelelahan fisik dan emosi siswa yang telah belajar seharian di sekolah. Terutama sekolah berjenis full day. Lagi pula, tak semua masalah pelajaran di sekolah dapat diobati dengan les privat atau ikut LBB. Bisa jadi ada aspek lain yang menyebabkan anak kurang memahami pelajaran.
Namun, yang lebih penting dari itu semua adalah, sekolah harus mampu menunjukkan prestasi secara independen. Maksudnya, prestasi yang diperoleh sekolah haruslah benar-benar jerih payah sekolah. Bukan karena siswa belajar di tempat lain, lalu membuat harum nama sekolah.
efendialhikmah@yahoo.co.id
* Tulisan tersebut dimuat di Radar Surabaya, 8 Juni 2009
** Guru SDBI Al Hikmah Surabaya
Jumat, 07 Agustus 2009
KEBUN SAYUR KELAS 5 SD ALHIKMAH
Ada pemandangan berbeda hari kamis minggu ini (6/8) di kelas 5. Ust. Irsyad yang biasanya selalu rapi dan kemana-mana membawa buku untuk mengajar, hari ini beliau memakai sandal, pake topi, celana dan lengan baju disingsingkan, dan tak lupa sebuah cangkul dipundak beliau. Dibelakangnya diiringi barisan siswa – siswi kelas lima yang tak kalah kompaknya, bersandal serta membawa bermacam-macam alat berkebun. “Ada apa ini?” tanya beberapa wali murid heran. Rupanya dalam 2 jam (13.00 – 15.00) SD Al Hikmah berubah menjadi lahan berkebun.
“Ya, hari ini memang waktunya Gardening untuk kelas 5” ujar Ust. Irsyad selaku ketua pelaksana Gardening tersebut. “Acara ini mengajak siswa – siswi kita merasakan bagai mana rasanya menjadi petani. Mulai dari menyiapkan media (lahan/tanah) pembenihan, menanam, merawat, hingga memanen dan mengolah hasil kebun nantinya” lanjut ust. Irsyad.
Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa-siswi dan ustadz dan ustadzah kelas 5. Semua bahu-membahu mempersiapkan media tanam dengan mencampur tanah dan pupuk kandang kering, menyiram air, memberi benih dan perawatannya nanti. Pada awalnya banyak siswa dan siswi merasa enggan berkotor-kotor dengan tanah dan pupuk kandang. Namun setelah diperagakan cara mengolah tanah dan memastikan semua aman oleh Ustd. Yani dan Yuni (Duo Y5), mereka tidak merasa takut dan enggan lagi untuk mencoba berkebun. “Tadinya memang jijik dan takut kotor , tapi setelah dicoba ternyata ngga apa – apa, malah asyik bisa main air sama tanah sambil belajar” ujar Fiqar siswa kelas 5A. untuk perawatannya nanti sudah terjadwal piket menyiram dan merawat bergantian perkelompok. Setiap tanaman juga diberikan nama tiap tiap kelompok. Jadi selain piket menyiram kelompok juga bertugas menjaga benih bisa tumbuh hingga siap dipanen.
“Dalam Gardening kali ini kami mengangkat tema sayur sayuran. Tema ini diambil agar tertanam kegemaran anak-anak pada sayur sayuran dengan memberikan pengalaman bercocok tanam, sehingga merekan tidak ragu lagi untuk mengkonsumsi sayur sayuran” Ujar Ustd. Yuni Korjen Kelas 5.Untuk itu tanaman yang kita tanam kali ini tomat, lombok (red. cabe) sawi, terong dan bayam. “Sayang kami kehabisan benih timun, padahal ada rencana buat rujak gobet, jadi gahal deh… ha.. ha..ha..” cloteh Ustd. Muniroh pecinta rujak gobet. mudah – mudahan acara gardening kali ini bisa berjalan lebih sukses dari tahun tahun yang lalu. Insyaallah setelah lebaran nanti kelas 5 bisa Panen Raya. Mohon do’a restunya ya! (amin). Bravokelas 5.
(Iwan)
Selengkapnya......
Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa-siswi dan ustadz dan ustadzah kelas 5. Semua bahu-membahu mempersiapkan media tanam dengan mencampur tanah dan pupuk kandang kering, menyiram air, memberi benih dan perawatannya nanti. Pada awalnya banyak siswa dan siswi merasa enggan berkotor-kotor dengan tanah dan pupuk kandang. Namun setelah diperagakan cara mengolah tanah dan memastikan semua aman oleh Ustd. Yani dan Yuni (Duo Y5), mereka tidak merasa takut dan enggan lagi untuk mencoba berkebun. “Tadinya memang jijik dan takut kotor , tapi setelah dicoba ternyata ngga apa – apa, malah asyik bisa main air sama tanah sambil belajar” ujar Fiqar siswa kelas 5A. untuk perawatannya nanti sudah terjadwal piket menyiram dan merawat bergantian perkelompok. Setiap tanaman juga diberikan nama tiap tiap kelompok. Jadi selain piket menyiram kelompok juga bertugas menjaga benih bisa tumbuh hingga siap dipanen.
“Dalam Gardening kali ini kami mengangkat tema sayur sayuran. Tema ini diambil agar tertanam kegemaran anak-anak pada sayur sayuran dengan memberikan pengalaman bercocok tanam, sehingga merekan tidak ragu lagi untuk mengkonsumsi sayur sayuran” Ujar Ustd. Yuni Korjen Kelas 5.Untuk itu tanaman yang kita tanam kali ini tomat, lombok (red. cabe) sawi, terong dan bayam. “Sayang kami kehabisan benih timun, padahal ada rencana buat rujak gobet, jadi gahal deh… ha.. ha..ha..” cloteh Ustd. Muniroh pecinta rujak gobet. mudah – mudahan acara gardening kali ini bisa berjalan lebih sukses dari tahun tahun yang lalu. Insyaallah setelah lebaran nanti kelas 5 bisa Panen Raya. Mohon do’a restunya ya! (amin). Bravokelas 5.
(Iwan)
Jumat, 31 Juli 2009
Tugas Mandiri Bahasa Indonesia Kelas 4
Anak-anak, sudah mengenal arah mata angin kan?
Kerjakan Tugas Mandiri berikut ini di selembar kertas HVS dan dikumpulkan pada di wali kelas masing-masing.
- Buatlah denah (rute) perjalanan dari rumahmu ke sekolah atau sebailknya!
- Tulislah tempat-tempat terkenal dan nama jalan-jalan yang ada di sekitar rumah dan perjalananmu!
- Hiasilah denahmu itu seindah-indahnya! Warnailah sebagus-bagusnya! Okey...
- Jika sudah jadi, berlatihlah berbicara (di depan cermin/di depan orang tua) untuk menjelaskan denah perjalananmu itu!
Good Luck!
Label:
Bahasa Indonesia,
Kelas 4,
Tugas Mandiri
Senin, 27 Juli 2009
FUN MOS ala SD Al Hikmah
MOS Bukan Sekedar Rutinitas
Tahun pelajaran baru telah tiba. Semua menyambut dengan berbagai rasa. Sebut saja Zidane, siswa kelas 1B. yang pada hari pertama masih takut ke sekolah dan selalu minta ditunggi oleh mama. Namun setelah hari ke tiga langsung berubah.
Ia tidak mau lagi ditunggui oleh orang tuanya karena merasa senang dan enjoy di kelas bersama Ustadzah dan teman-temannya. Apalagi kalau sudah bermain di play ground, wah jadi lupa waktu deh. Apa yang dialami Zidane juga dirasakan oleh hampir semua siswa kelas 1 SD Al Hikmah, dan setelah Masa Orientasi Siswa (MOS) selama 2 minggu 100 persen siswa kelas 1 siap belajar sampai sore dan dipastikan tidak ada lagi anak kelas 1 mogok sekolah.
Ternyata yang membuat anak-anak betah di sekolah adalah adanya rasa nyaman dan aman di sekolah. Selain itu berbagai game yang dilaksanakan saat MOS benar-benar membuat siswa terkesan. Game yang dilakukan saat mos antara lain mini out bond, kereta-keretaan, bowling, Herbarium, dll. Menurut Ustadzah Novia, salah seorang tim BK SD yang juga merupakan salah satu designer permainan, “Semua game yang dipakai saat MOS mempunyai tujuan melatih kemandirian, kognitif, motorik halus dan kasar, serta kerja sama kelompok. Selain itu, kami juga memasukkan beberapa value dalam materi, anta lain mengucap salam, menyapa teman, dll.”.
Acara MOS kelas satu diakhiri dengan ikrar bersama bahwa anak kelas 1 siap belajar sampai sore. Ikrar itu ditulis oles oleh anak-anak di tepi mahkota yang dibawa pulang sebagai kenang-kenangan MOS. Selain itu, pada penutupan MOS juga ada menggambar wajah senyum secara bersama oleh guru dan siswa kelas 1 di spanduk sepanjang 10 meter. “Alhamdulillah, MOS tahun ini berjalan dengan lancer dan tidak ada satu anak pun yang mogok sekolah”, Ungkap Ust. Bambang selaku waka kurikulum kelas 1 – 3 seusai menutup secara resmi rangkaian acara MOS kelas 1 SD Al Hikmah. (bee)
Selengkapnya......
Tahun pelajaran baru telah tiba. Semua menyambut dengan berbagai rasa. Sebut saja Zidane, siswa kelas 1B. yang pada hari pertama masih takut ke sekolah dan selalu minta ditunggi oleh mama. Namun setelah hari ke tiga langsung berubah.
Ia tidak mau lagi ditunggui oleh orang tuanya karena merasa senang dan enjoy di kelas bersama Ustadzah dan teman-temannya. Apalagi kalau sudah bermain di play ground, wah jadi lupa waktu deh. Apa yang dialami Zidane juga dirasakan oleh hampir semua siswa kelas 1 SD Al Hikmah, dan setelah Masa Orientasi Siswa (MOS) selama 2 minggu 100 persen siswa kelas 1 siap belajar sampai sore dan dipastikan tidak ada lagi anak kelas 1 mogok sekolah.
Ternyata yang membuat anak-anak betah di sekolah adalah adanya rasa nyaman dan aman di sekolah. Selain itu berbagai game yang dilaksanakan saat MOS benar-benar membuat siswa terkesan. Game yang dilakukan saat mos antara lain mini out bond, kereta-keretaan, bowling, Herbarium, dll. Menurut Ustadzah Novia, salah seorang tim BK SD yang juga merupakan salah satu designer permainan, “Semua game yang dipakai saat MOS mempunyai tujuan melatih kemandirian, kognitif, motorik halus dan kasar, serta kerja sama kelompok. Selain itu, kami juga memasukkan beberapa value dalam materi, anta lain mengucap salam, menyapa teman, dll.”.
Acara MOS kelas satu diakhiri dengan ikrar bersama bahwa anak kelas 1 siap belajar sampai sore. Ikrar itu ditulis oles oleh anak-anak di tepi mahkota yang dibawa pulang sebagai kenang-kenangan MOS. Selain itu, pada penutupan MOS juga ada menggambar wajah senyum secara bersama oleh guru dan siswa kelas 1 di spanduk sepanjang 10 meter. “Alhamdulillah, MOS tahun ini berjalan dengan lancer dan tidak ada satu anak pun yang mogok sekolah”, Ungkap Ust. Bambang selaku waka kurikulum kelas 1 – 3 seusai menutup secara resmi rangkaian acara MOS kelas 1 SD Al Hikmah. (bee)
Rabu, 15 Juli 2009
Perpustakaan Sekolah => MInat Baca ?
Ammar *)
Dalam perkembangan peradaban manusia, buku memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Kendati demikian, kedahsyatan buku tentu tidak akan ada apa-apanya jika benda tersebut hanya dipajang, tidak pernah disentuh dan dibaca. Dan tampaknya, inilah masalah kita saat ini. Membaca merupakan kegiatan dan kemampuan khas manusia. Walaupun demikian,
Dalam perkembangan peradaban manusia, buku memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Kendati demikian, kedahsyatan buku tentu tidak akan ada apa-apanya jika benda tersebut hanya dipajang, tidak pernah disentuh dan dibaca. Dan tampaknya, inilah masalah kita saat ini. Membaca merupakan kegiatan dan kemampuan khas manusia. Walaupun demikian,
kemampuan membaca tidak terjadi secara otomatis karena harus didahului oleh aktivitas dan kebiasaan membaca yang merupakan wujud dari adanya minat membaca.
*) Pustakawan SDBI Al Hikmah
Selengkapnya......
Minat baca memang dapat dikaitkan dengan kemampuan membaca, dan kemampuan membaca berhubungan dengan bacaan. Oleh sebab itu, bacaan merupakan faktor penting yang perlu disediakan untuk mengasah kemampuan membaca untuk kemudian meningkatkan minat baca. Lemahnya kemampuan membaca, sangat boleh jadi karena kesempatan mengasah lewat bacaan masih langka, apakah karena alasan kesibukan, atau buku bacaan masih menjadi barang mahal. Perpustakaan walaupun bukan satu-satunya indikator minat baca, namun memegang kendali dalam hal memacu minat baca dalam kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang belum menempatkan bahan bacaan sebagai kebutuhan primer yang harus dipenuhi.
Kebanyakan atau bahkan hampir keseluruhan jumlah SD kita miliki jumlahnya sekitar 148.262 SD sedangkan jumlah 132.718 (89,5%) yang memiliki perpustakaan, sedangkan sekitar 15.544 (10,5 %) tidak memiliki fasilitas perpustakaan. Buku pelajaran dan buku bacaan umum tidak terkoleksi secara lengkap. Bahkan, banyak SD yang tidak memiliki ruang khusus untuk perpustakaan dan tidak memiliki petugas khusus yang mengelola perpustakaan. Dengan demikian, wajar saja kalau siswa SD kita tidak memiliki kebiasaan membaca yang memadai. Padahal masalah minat membaca merupakan persoalan yang penting dalam dunia pendidikan. Anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah, sebaliknya anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya (Wigfield dan Guthrie, 1997).
Untuk itu diperlukan adanya perberdayaan perpustakaan sekolah dengan fasilitas dan koleksi buku bacaan yang memadai khususnya sekolah dijenjang SD karena di usia ini pihak sekolah bisa membentuk dan menumbuhkan minat baca bagi siswa untuk keranjingan membaca dan siswa benar-benar memanfaatkan fasilitas perpustakaaan yang ada di sekolahnya. Tentu saja kerja sama oleh semua pihak sangat dibutuhkan antara lain kepala sekolah, wali kelas, guru pengajar, pustakawan, karyawan, wali murid serta peranan pemerintah untuk membantu dan memberikan motivasi kepada siswa. Marilah kita bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk mewujudkan perpustakaan sekolah yang handal.
Kebanyakan atau bahkan hampir keseluruhan jumlah SD kita miliki jumlahnya sekitar 148.262 SD sedangkan jumlah 132.718 (89,5%) yang memiliki perpustakaan, sedangkan sekitar 15.544 (10,5 %) tidak memiliki fasilitas perpustakaan. Buku pelajaran dan buku bacaan umum tidak terkoleksi secara lengkap. Bahkan, banyak SD yang tidak memiliki ruang khusus untuk perpustakaan dan tidak memiliki petugas khusus yang mengelola perpustakaan. Dengan demikian, wajar saja kalau siswa SD kita tidak memiliki kebiasaan membaca yang memadai. Padahal masalah minat membaca merupakan persoalan yang penting dalam dunia pendidikan. Anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah, sebaliknya anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya (Wigfield dan Guthrie, 1997).
Untuk itu diperlukan adanya perberdayaan perpustakaan sekolah dengan fasilitas dan koleksi buku bacaan yang memadai khususnya sekolah dijenjang SD karena di usia ini pihak sekolah bisa membentuk dan menumbuhkan minat baca bagi siswa untuk keranjingan membaca dan siswa benar-benar memanfaatkan fasilitas perpustakaaan yang ada di sekolahnya. Tentu saja kerja sama oleh semua pihak sangat dibutuhkan antara lain kepala sekolah, wali kelas, guru pengajar, pustakawan, karyawan, wali murid serta peranan pemerintah untuk membantu dan memberikan motivasi kepada siswa. Marilah kita bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk mewujudkan perpustakaan sekolah yang handal.
*) Pustakawan SDBI Al Hikmah
Senin, 13 Juli 2009
Pekan Masa Orientasi Siswa
Liburan telah usai, aktivitas belajar siswa di sekolah kembali seperti sediakala. Untuk lebih memberikan semangat baru dilaksanakan program MOS (Masa Orientasi Siswa) Tahun Ajaran 2009/2010 untuk seluruh kelas. Dalam kegiatan MOS, selain sebagai 'pemanasan' kembali setelah libur kenaikan kelas selama 2 pekan juga ditanamkan value sesuai dengan jenjang kelasnya.
Untuk kelas 1 dilaksanakan selama 2 pekan sementara untuk kelas 2 s.d kelas 6 dilaksanakan 1 pekan dengan berbagai kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan bermakna.
Selengkapnya......
Kamis, 25 Juni 2009
ILUSI RELIGI
Kamis (25/6) tepat jam 08.00 WIB pameran lukisan kelas 5 SD Al-Hikmah Surabaya secara resmi dibuka Kapolres Sidoarjo, AKBP Drs. Setija Junianta, M.Hum. yang juga wali murid dari ananda Diva Dwiputra kelas VC.
Pameran ini digelar setiap tahun sebagai bentuk perwujudan kreasi siswa kelas 5. Tema kali ini adalah “ Cinta Kepada Al Quran “ jadi sebagian besar lukisan yang dipajang bertemakan Asmaul Husna dan lukisan keindaan ciptaanNya. Jumlah lukisan yang dipamerkan kurang lebih 375 buah dengan ukuran besar/kecil.
Dalam sambutannya AKBP Drs. Setija Junianta, M.Hum. mengatakan bahwa siswa di sekolah tidak hanya menuntut ilmu tetapi juga harus berperilaku yang baik sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Muhammad SAW, seperti hormat kepada orang tua, guru, ataupun kepada orang yang lebih tua. Disamping itu wujud cinta kepada Alquran tidak hanya menulis ayat-ayatNya di kanvas tetapi lebih mengamalkan ayat-ayatNya tersebut di setiap harinya.
Lukisan yang dipamerkan ini dipasang label nominal harga antara Rp.100.000 – Rp. 300.000, bahkan ada siswa yang mematok harga sampai Rp. 500.000. Tentu saja hal ini disesuaikan dengan aspek keindahan dari lukisan tersebut. Alhamdulillah sehari sebelum pameran dibuka, telah laku terjual 5 lukisan yang dibeli seorang kolektor dari Jakarta. Rencananya hasil dari penjualan lukisan ini dikembalikan kepada siswa dan diambil sedikit sebagai infak yang akan diserahkan kepada pihak yang berhak menerima.
(Read One)
Selengkapnya......
Dalam sambutannya AKBP Drs. Setija Junianta, M.Hum. mengatakan bahwa siswa di sekolah tidak hanya menuntut ilmu tetapi juga harus berperilaku yang baik sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Muhammad SAW, seperti hormat kepada orang tua, guru, ataupun kepada orang yang lebih tua. Disamping itu wujud cinta kepada Alquran tidak hanya menulis ayat-ayatNya di kanvas tetapi lebih mengamalkan ayat-ayatNya tersebut di setiap harinya.
Lukisan yang dipamerkan ini dipasang label nominal harga antara Rp.100.000 – Rp. 300.000, bahkan ada siswa yang mematok harga sampai Rp. 500.000. Tentu saja hal ini disesuaikan dengan aspek keindahan dari lukisan tersebut. Alhamdulillah sehari sebelum pameran dibuka, telah laku terjual 5 lukisan yang dibeli seorang kolektor dari Jakarta. Rencananya hasil dari penjualan lukisan ini dikembalikan kepada siswa dan diambil sedikit sebagai infak yang akan diserahkan kepada pihak yang berhak menerima.
(Read One)
Rabu, 24 Juni 2009
Mengasah Kreativitas dan Keberanian Lewat Lomba
Beberapa hari terakhir sebelum rapor dibagikan, anak-anak SD AL Hikmah serentak mengikuti berbagai lomba yang ada. Diantaranya, lomba nyunggi tempeh, sepak bola, membaca doa dan ikrar dalam bahasa inggris. Kemarin, tepatnya hari Selasa tanggal 24 Juni anak-anak kelas dua mengikuti lomba membaca doa dan ikrar dalam bahasa inggris. Lomba ini diadakan di serambi Masjid Al Hikmah.
Lomba ini menampilkan seluruh siswa kelas dua dalam kemahirannya dalam berbicara bahasa Inggris, Arab, dan Indonesia. Anak-anak sangat antusias mengikuti lomba ini. Penilaiannya meliputi kekompakkan kelas, intonasi suara, dan kerapian. Tiap kelas menampilkan kreativitasnya masing-masing. Sungguh penampilan yang sangat menarik dan patut kita acungi jempol,karena tanpa kita sadari, ternyata anak-anak tampil dengan berani dan percaya diri di hadapan orang banyak, mereka tampil kreatif dalam menyajikan materi yang dilombakan. Tak heran,jika suasana menjadi begitu meriah oleh tepuk tangan penonton dan dewan juri. Anak-anak tampil begitu menawan, sehingga dewan juri sedikit kewalahan dalam memberikan penilaian. Tim juri terdiri dari guru bahasa inggris yang terdiri dari tiga orang. Ternyata, potensi anak-anak sangat luar biasa bila diberikan wadah yang tepat. Selain untuk melatih keberanian dan kekompakan, juga untuk mengasah potensi mereka yang terpendam selama ini. (sugeng)
Selengkapnya......
Lomba ini menampilkan seluruh siswa kelas dua dalam kemahirannya dalam berbicara bahasa Inggris, Arab, dan Indonesia. Anak-anak sangat antusias mengikuti lomba ini. Penilaiannya meliputi kekompakkan kelas, intonasi suara, dan kerapian. Tiap kelas menampilkan kreativitasnya masing-masing. Sungguh penampilan yang sangat menarik dan patut kita acungi jempol,karena tanpa kita sadari, ternyata anak-anak tampil dengan berani dan percaya diri di hadapan orang banyak, mereka tampil kreatif dalam menyajikan materi yang dilombakan. Tak heran,jika suasana menjadi begitu meriah oleh tepuk tangan penonton dan dewan juri. Anak-anak tampil begitu menawan, sehingga dewan juri sedikit kewalahan dalam memberikan penilaian. Tim juri terdiri dari guru bahasa inggris yang terdiri dari tiga orang. Ternyata, potensi anak-anak sangat luar biasa bila diberikan wadah yang tepat. Selain untuk melatih keberanian dan kekompakan, juga untuk mengasah potensi mereka yang terpendam selama ini. (sugeng)
Selasa, 23 Juni 2009
TASYAKURAN
“Ustadz, aku besok bawa apa, ya? Aku bingung?” celetuk seorang siswa kelas IV. Ya, Ujian Kenaikan Kelas (UKn) sebagai pekan menegangkan telah selesai dilaksanakan pekan kemarin, mulai kelas I s.d. kelas V. Pekan ini, 22 –26 Juni 2009, para siswa memasuki pekan pasca-UKn di mana para siswa akan mendapat program atau acara yang sangat menyenangkan dirinya. Setiap kelas memiliki cara sendiri untuk mengisi acara pasca UKn.
Kelas IV mengadakan acara tasyakuran di kelas masing-masing. Acara ini merupakan salah satu bentuk syukur kelas IV kepada ALLAH swt karena telah melewati masa “menegangkan”: UKn. Para siswa membawa makanan sendiri-sendiri sesuai yang mereka sukai. Kemudian, makanan itu dikumpulkan di atas meja untuk dinikmati bersama. “Ustadz, tolong bukain punyaku. Aku nggak bisa bukanya.” Pinta Haris kepada ustadz untuk membatu membuka sekardus susu yang dibawanya dari rumah. Setiap anak membawa makanan sendiri tanpa diatur seperti acara cooking class sebelumnya. Dan alhamdulillah, setiap makanan yang dibawa anak-anak berbeda: buah jeruk, semangka, apel, nasi goreng, mie goreng dan lain-lain. Semua lengkap. Setelah diisi perenungan diri serta evaluasi kegiatan selama satu tahun oleh wali kelas, semua berdoa bersama.
Selesai berdoa, “Alhamdulillah, selamat menikmati anak-anak.” Semua siswa segera mengambil makanan yang ada di meja. Dalam kegembiraan itu, mereka mengajak teman-teman di kelas lain untuk menikmati makanan bersama.
“Ustadz, ini aku berikan ke labkom ya.”
Ustadz, ini aku kirimkan ke UKS ya. Mereka kan juga membantu kita selama satu tahun ustadz.” Begitu alasan anak-anak yang diberikan kepada ustadznya. Tidak hanya Labkom dan UKS, mereka juga mengirimkan makanan ke Perpustakaan, dan Lab Multimedia.
Subhanallah...
(amur)
Label:
aktivitas,
berita,
pasca ukn,
siswa,
tasyakuran
Jumat, 19 Juni 2009
Al Hikmah Honesty Award
Ketika banyak pihak menyoroti angka-angka capaian Unas, Sekolah Al Hikmah lebih tertarik memberikan penghargaan bagi siswanya yang telah mengikuti Unas dengan jujur. Jumat (19/6) pengurus YLPI Al Hikmah menganugerahkan Al HIkmah Honesty Award kepada siswa kelas 6 SD, kelas 9 SMP dan kelas 12 SMA Al Hikmah. Sebuah piala warna kuning emas setinggi 2 meter, bergambar hati di atasnya.
Hadir pada acara yang digelar lesehan di serambi masjid sekolah ini, seluruh pengurus, komite sekolah, para guru dan pimpinan sekolah, perwakilan dari UPDT BPS Kecamatan Gayungan, dan siswa kelas 6, kelas 9 dan 12 Sekolah Al Hikmah.
“Mendapatkan nilai yang baik dalam UASBN memang penting, Tetapi meraih nilai tersebut dengan usaha yang jujur jauh lebih penting. Alhamdulillah, saya bangga kepada siswa Al Hikmah yang bisa mempertahankan tradisi kejujuran ketika mengikuti ujian”, kata Ir. Abdulkadir Baraja, Pembina YLPI Al Hikmah.
“Saya terharu diundang menghadiri acara ini. Bagi saya ini spesial, karena yang lebih dihargai adalah kejujuran siswa. Dan memang saya percaya selama ini memang pelaksanaan Unas di Al Hikmah jujur. Saya yakin tahun depan prestasi siswa akan lebih baik lagi”, kata Fatahullah, SH, Kepala UPDT BPS Kecamatan Gayungan.
Muhammad Nouval Isroq Pratama, siswa kelas 6, mengaku senang dengan pemberian penghargan ini. “Kami memang selalu diminta jujur. Tak perlu nyontek. Kan kami memang sudah siap ikut ujian. Sudah lama siap-siapnya”
Setelah menerima piala tersebut, siswa-siswa berebut mengangkatnya. Mereka lalu mengaraknya di sepanjang jalan sekitar sekolah. Sambil berjalan, mereka juga membagikan beras kepada tukang becak, pasukan kuning, penjaga rel kerta api, polisi cepek. Juga kepada tukang kebun dan satpam sekolah.
Beras tersebut merupakan sumbangan seluruh pengurus yayasan, komite sekolah, guru dan karyawan dan orang tua siswa. Tidak kurang dari 2 ton beras telah terkumpul.
Kenapa mensyukurinya dengan beras ?
“Pertama, beras adalah kebutuhan pokok semua orang. Beras juga berasal dari padi. Kami ingin anak-anak seperti beras, dibutuhkan kehadirannya oleh masyarakat. Sekaligus meniru padi, lebih berisi lebih rendah hati”, kata Drs. Gatot Sulanjono, Kepala SD Al Hikmah.
Label:
berita,
kejujuran,
penghargaan,
UASBN,
Unas
Jumat, 12 Juni 2009
Status SBI, Sebuah Renungan Bersama
Ratih Fitria Dewi *)
Tulisan ini saya buat ketika rekan-rekan saya sedang sibuk-sibuknya memperjuangkan sertifikasi. Ketika melihat mereka berjuang sekuat tenaga sehingga keluarlah niat saya untuk ikut “berjuang” keluar dari zone nyaman rutinitas sebagai guru, lalu coba-coba menulis, hitung-hitung sebagai trial & error semoga saja bisa memberi manfaat.
Ketika sekolah ini mendapat status sebagai Sekolah Bertaraf Internasional adalah sebuah rasa kebanggaan di hati karena ini untuk pertama kalinya sebuah lembaga yang bervisi dakwah melalui misi pendidikan memulai merintis jalur internasional. Bagaimana tidak ini berarti kita sudah berdiri sebagai umat yang bergabung dengan umat lain dibelahan bumi lain dalam ikatan internasional. Dan saya yang masih belum ada apa-apanya ini bisa pula terlibat di dalamnya.
Allah telah menegaskan posisi kita sebagai khoiru ummah (umat terbaik) maka tidak selayaknya kita dengan status SBI ini kemudian melanggar dan boleh keluar dari semua identitas islami atas dasar status internasional. Penggunaan bahasa inggris yang mulai kita beri proporsi perhatian hendaknya hanya sebuah sarana untuk mengokohkan dan semakin menebalkan konsep kita dalam menyebarkan konsep Islam rahmatan lil alamin. Sebagai bagian dari umat lain dipenjuru dunia lain untuk berdiri bersama memakmurkan bumi dan segala isinya.
Kedua, hendaknya konsep internasional yang kita raih bisa menjadi pemecut semangat kita untuk mengambil hal-hal positif dari bangsa Raffles ini. Inggris dikenal semangat pantang menyerahnya, demokratis dalam bersikap, namun amat bangga dengan tradisi leluhurnya sehingga sering disebut bangsa konservatif.
Begitu pula kita sebagai seorang guru. Nilai pantang menyerah dalam menghadapi permasalahan anak didik, mau semakin melebarkan telinga untuk mendengar keluh kesah atau cerita anak-anak kita dan bangga dengan izzah sebagai muslim.
Ketiga, status internasional ini adalah sebuah amanat besar untuk menjawab tantangan hadirnya “produk” sekolah yang berbasis dakwah dalam kancah internasional, yaitu hadirnya generasi muslim sejati, generasi mandiri, mampu mempertahankan kehormatan dan harga dirinya sekaligus mampu menyebarkan rahmat bagi semesta alam.
Itulah sebabnya saat ini saya sedang berusaha keras dan terus belajar menanamkan itu semua dalam praktek bertahap saat mengajar ataupun sebagai mitra kelas. “Menggarap” keberanian untuk mempraktekkan bahasa Queen Elizabeth ini dalam kegiatan sehari-hari. Like Mr. Fadholi (my shensei di English Learning) have said to me : “Practice makes perfect” . Juga belajar menjadi guru yang lebih banyak mendengarkan ketimbang sekedar mendengar ketika anak-anak bercerita hal-hal “remeh” macam Adhnan yang bercerita tim sepak bola kesayangannya ataupun Rafi yang sangat kagum dengan Ultramannya.Semoga semangat internasional dalam bahasa komunikasi kita, juga berimbas pada cara pandang dan ketakwaan kita yang men”dunia”..
*) Guru SDBI Al Hikmah
Selengkapnya......
Tulisan ini saya buat ketika rekan-rekan saya sedang sibuk-sibuknya memperjuangkan sertifikasi. Ketika melihat mereka berjuang sekuat tenaga sehingga keluarlah niat saya untuk ikut “berjuang” keluar dari zone nyaman rutinitas sebagai guru, lalu coba-coba menulis, hitung-hitung sebagai trial & error semoga saja bisa memberi manfaat.
Ketika sekolah ini mendapat status sebagai Sekolah Bertaraf Internasional adalah sebuah rasa kebanggaan di hati karena ini untuk pertama kalinya sebuah lembaga yang bervisi dakwah melalui misi pendidikan memulai merintis jalur internasional. Bagaimana tidak ini berarti kita sudah berdiri sebagai umat yang bergabung dengan umat lain dibelahan bumi lain dalam ikatan internasional. Dan saya yang masih belum ada apa-apanya ini bisa pula terlibat di dalamnya.
Allah telah menegaskan posisi kita sebagai khoiru ummah (umat terbaik) maka tidak selayaknya kita dengan status SBI ini kemudian melanggar dan boleh keluar dari semua identitas islami atas dasar status internasional. Penggunaan bahasa inggris yang mulai kita beri proporsi perhatian hendaknya hanya sebuah sarana untuk mengokohkan dan semakin menebalkan konsep kita dalam menyebarkan konsep Islam rahmatan lil alamin. Sebagai bagian dari umat lain dipenjuru dunia lain untuk berdiri bersama memakmurkan bumi dan segala isinya.
Kedua, hendaknya konsep internasional yang kita raih bisa menjadi pemecut semangat kita untuk mengambil hal-hal positif dari bangsa Raffles ini. Inggris dikenal semangat pantang menyerahnya, demokratis dalam bersikap, namun amat bangga dengan tradisi leluhurnya sehingga sering disebut bangsa konservatif.
Begitu pula kita sebagai seorang guru. Nilai pantang menyerah dalam menghadapi permasalahan anak didik, mau semakin melebarkan telinga untuk mendengar keluh kesah atau cerita anak-anak kita dan bangga dengan izzah sebagai muslim.
Ketiga, status internasional ini adalah sebuah amanat besar untuk menjawab tantangan hadirnya “produk” sekolah yang berbasis dakwah dalam kancah internasional, yaitu hadirnya generasi muslim sejati, generasi mandiri, mampu mempertahankan kehormatan dan harga dirinya sekaligus mampu menyebarkan rahmat bagi semesta alam.
Itulah sebabnya saat ini saya sedang berusaha keras dan terus belajar menanamkan itu semua dalam praktek bertahap saat mengajar ataupun sebagai mitra kelas. “Menggarap” keberanian untuk mempraktekkan bahasa Queen Elizabeth ini dalam kegiatan sehari-hari. Like Mr. Fadholi (my shensei di English Learning) have said to me : “Practice makes perfect” . Juga belajar menjadi guru yang lebih banyak mendengarkan ketimbang sekedar mendengar ketika anak-anak bercerita hal-hal “remeh” macam Adhnan yang bercerita tim sepak bola kesayangannya ataupun Rafi yang sangat kagum dengan Ultramannya.Semoga semangat internasional dalam bahasa komunikasi kita, juga berimbas pada cara pandang dan ketakwaan kita yang men”dunia”..
*) Guru SDBI Al Hikmah
Rabu, 10 Juni 2009
Mengapa bertanya ”mengapa” lima kali?
Alex Murgito *)
Anda yang mempunyai anak kecil, setiap hari anda akan menemukan pertanyaan “Apa ini, Pa?” “Apa ini, Ma?” “Kenapa kok begini?”
Sering pertanyaan yang diajukannya tidak berhenti sampai di sana. Dia akan terus mengejar dengan pertanyaan “Kenapa?” atau “Mengapa?” sampai kita tidak bisa menjawab.
Lewat pertanyaan-pertanyaan lugu seperti itu, mereka belajar hubungan sebab akibat. Jadi, tidak salah jika kita menganggapnya sebagai makhluk pembelajar.
Sayangnya, kemampuan tersebut berangsur-angsur berkurang begitu mereka beranjak dewasa. Bahkan hilang sama sekali. Mereka menjadi terbiasa menghafalkan data dan fakta.
Kita percaya pada pendapat yang dimasukkan ke kepala kita tanpa menilai secara kritis. Kita juga jarang mempertanyakan “kenapa” dan “mengapa” ketika diminta mengerjakan sesuatu.
Padahal pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sering menjadi dasar kreativitas dan inovasi. Para inovator yang berhasil adalah orang-orang yang masih mampu mempertahankan sifat-sifat rasa ingin tahu bak seorang anak kecil.
Kita bisa mengulang masa kecil kita untuk meningkatkan kreativitas kita yang telah berkurang atau bahkan hampir hilang. Kita bisa memakai sebuah teknik yang dikenal sebagai 5-Whys (5-Mengapa) yang diperkenalkan oleh Toyota. Melalui teknik ini, kita diajak kembali untuk terus bertanya “Mengapa” sekitar 5 kali sampai kita mendapatkan jawaban final. (Angka 5 bukanlah angka mati. Mungkin Anda cuma perlu bertanya 3-4 kali, atau kadang-kadang 6 kali. Tetapi angka 5 dianggap cukup representatif.)
Pada awalnya, teknik ini digunakan untuk mengidentifikasikan masalah di jalur produksi yang muncul sampai ke akar permasalahan yang sebenarnya.
Misalnya, di pabrik dijumpai bahan baku yang sudah kadaluarsa. Dengan memakai teknik 5-Whys ini kita mengajukan pertanyaan “Why” yang pertama, “Mengapa bisa terjadi?”. Jawaban: “Karena barang-barang baru selalu diletakkan di atas sehingga barang-barang di bagian bawah jarang terpakai.”
Jangan puas dengan jawaban tersebut terlebih dahulu karena Anda baru memakai 1 “Why” dan masih ada 4 “Whys” yang tersisa.
Kejar terus dengan pertanyaan, “Mengapa cara tersebut dipakai?” Jawabannya mungkin, “Karena supervisor yang meminta kami melakukannya.”
Why yang ketiga: “Mengapa supervisor meminta begitu?” Jawaban berikutnya bisa jadi, “Karena dia menganggap ini bukanlah masalah penting.”
Why yang keempat, “Mengapa dia menganggap itu bukan masalah penting?” Jawaban yang datang kemudian, mungkin seperti ini: “Karena kenaikan gaji dan bonusnya dinilai berdasarkan keluaran mesin, bukan mengurus bahan baku.” Anda mungkin tidak perlu bertanya lebih lanjut bila merasa jawaban terakhir sudah menyentuh akar permasalahan.
Dari contoh di atas kita bisa melihat bagaimana pertanyaan “Why” yang terus menerus bisa menemukan masalah sebenarnya. Masalah bahan baku yang kadaluarsa tersebut bukan sekadar masalah kelalaian, tetapi merupakan masalah yang lebih sistemik yang menyangkut sistem kompensasi karyawan. Bila jumlah bahan baku yang rusak tersebut cukup besar, maka perusahaan perlu memperbaiki masalahnya tepat di sumbernya, yaitu di sistem kompensasi.
Cara ini termasuk murah meriah dan sangat berguna. Para anak kecil memakai teknik ini setiap hari dan menjadi bagian dari hidup mereka. Para guru, sangat sering menjumpai hal yang demikian. Karena kita semua pernah menjadi anak kecil, kita hanya perlu melatih kembali pemakaian teknik ini.
Mulailah bertanya “Mengapa?” terus menerus mulai sekarang.
*) Guru SDBI Al Hikmah
Selengkapnya......
Anda yang mempunyai anak kecil, setiap hari anda akan menemukan pertanyaan “Apa ini, Pa?” “Apa ini, Ma?” “Kenapa kok begini?”
Sering pertanyaan yang diajukannya tidak berhenti sampai di sana. Dia akan terus mengejar dengan pertanyaan “Kenapa?” atau “Mengapa?” sampai kita tidak bisa menjawab.
Lewat pertanyaan-pertanyaan lugu seperti itu, mereka belajar hubungan sebab akibat. Jadi, tidak salah jika kita menganggapnya sebagai makhluk pembelajar.
Sayangnya, kemampuan tersebut berangsur-angsur berkurang begitu mereka beranjak dewasa. Bahkan hilang sama sekali. Mereka menjadi terbiasa menghafalkan data dan fakta.
Kita percaya pada pendapat yang dimasukkan ke kepala kita tanpa menilai secara kritis. Kita juga jarang mempertanyakan “kenapa” dan “mengapa” ketika diminta mengerjakan sesuatu.
Padahal pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sering menjadi dasar kreativitas dan inovasi. Para inovator yang berhasil adalah orang-orang yang masih mampu mempertahankan sifat-sifat rasa ingin tahu bak seorang anak kecil.
Kita bisa mengulang masa kecil kita untuk meningkatkan kreativitas kita yang telah berkurang atau bahkan hampir hilang. Kita bisa memakai sebuah teknik yang dikenal sebagai 5-Whys (5-Mengapa) yang diperkenalkan oleh Toyota. Melalui teknik ini, kita diajak kembali untuk terus bertanya “Mengapa” sekitar 5 kali sampai kita mendapatkan jawaban final. (Angka 5 bukanlah angka mati. Mungkin Anda cuma perlu bertanya 3-4 kali, atau kadang-kadang 6 kali. Tetapi angka 5 dianggap cukup representatif.)
Pada awalnya, teknik ini digunakan untuk mengidentifikasikan masalah di jalur produksi yang muncul sampai ke akar permasalahan yang sebenarnya.
Misalnya, di pabrik dijumpai bahan baku yang sudah kadaluarsa. Dengan memakai teknik 5-Whys ini kita mengajukan pertanyaan “Why” yang pertama, “Mengapa bisa terjadi?”. Jawaban: “Karena barang-barang baru selalu diletakkan di atas sehingga barang-barang di bagian bawah jarang terpakai.”
Jangan puas dengan jawaban tersebut terlebih dahulu karena Anda baru memakai 1 “Why” dan masih ada 4 “Whys” yang tersisa.
Kejar terus dengan pertanyaan, “Mengapa cara tersebut dipakai?” Jawabannya mungkin, “Karena supervisor yang meminta kami melakukannya.”
Why yang ketiga: “Mengapa supervisor meminta begitu?” Jawaban berikutnya bisa jadi, “Karena dia menganggap ini bukanlah masalah penting.”
Why yang keempat, “Mengapa dia menganggap itu bukan masalah penting?” Jawaban yang datang kemudian, mungkin seperti ini: “Karena kenaikan gaji dan bonusnya dinilai berdasarkan keluaran mesin, bukan mengurus bahan baku.” Anda mungkin tidak perlu bertanya lebih lanjut bila merasa jawaban terakhir sudah menyentuh akar permasalahan.
Dari contoh di atas kita bisa melihat bagaimana pertanyaan “Why” yang terus menerus bisa menemukan masalah sebenarnya. Masalah bahan baku yang kadaluarsa tersebut bukan sekadar masalah kelalaian, tetapi merupakan masalah yang lebih sistemik yang menyangkut sistem kompensasi karyawan. Bila jumlah bahan baku yang rusak tersebut cukup besar, maka perusahaan perlu memperbaiki masalahnya tepat di sumbernya, yaitu di sistem kompensasi.
Cara ini termasuk murah meriah dan sangat berguna. Para anak kecil memakai teknik ini setiap hari dan menjadi bagian dari hidup mereka. Para guru, sangat sering menjumpai hal yang demikian. Karena kita semua pernah menjadi anak kecil, kita hanya perlu melatih kembali pemakaian teknik ini.
Mulailah bertanya “Mengapa?” terus menerus mulai sekarang.
*) Guru SDBI Al Hikmah
Selasa, 09 Juni 2009
“Gini lho Ustadz ...
“Gini lho Ustadz. Kabelnya ditancepin ke situ dulu. Lalu, tombol yang hitam ini di tekan ke atas. Sedangkan tombol itu digeser ke kanan. Nanti setelah agak panas, kita masukkan
roti tawar ini ke dalamnya.” Jelas Rafi dengan penuh semangat kepada Ustadz Alex yang kebetulan ada di dekatnya. Dia pun melanjutkan dengan memasukkan dua roti tawar ke dalam toaster yang dipakainya untuk membuat roti bakar.
“Ini Ustadz. Nanti setelah beberapa saat, dia akan dikeluarkan lagi oleh toaster. Itu atinya roti sudah matang dan siap dibuat roti bakar.” Lanjut Rafi. “Pluk.” Suara toaster mengeluarkan dua roti yang tadi dimasukkan. Dengan pisau yang dibawa, Rafi mengambil roti itu dan menaruhnya dipiring. Dia masukkan dua roti lagi ke alat yang dia pakai itu. Sambil menunggu roti yang kedua panas, Rafi mengolesi roti yang sudah matang dengan selei coklat.
“Bagian ini harus diolesi selei ustadz agar roti terasa enak.”
Acara cooking class yang dilaksanakan oleh kelas IV ini berlangsung sangat meriah. Para siswa menyambut dengan sangat antusias.
“Sangat menyenangkan dan uenak.” Begitu komentar siswa-siswi kelas IV seputar acara cooking class yang dilaksanakan pada Sabtu, 06 Juni 2009.
“Kalau diadakan lagi, aku mau, Ustadz.” Begitu komentar Wima, siswa 4A yang diamini oleh teman-temannya.
“Aku bisa latihan kerjasama dengan teman-teman, terutama ketika memasak.” Begitu komentar Adit, siswa 4C yang kebagian membuat es campur.
Lain lagi dengan komentar Wima. “Kalau sudah belajar memasak gini, aku akan belajar memasak sendiri Ustadz. Jadi, misalnya di meja makan tidak ada masakan, aku akan memasak sendiri. Aku kan sudah bisa”
Menu yang diusung oleh tiap kelas berbeda-beda. Menu ini disesuaikan dengan selera kelas masing-masing. Siswa kelas 4A yang sebagian besar menyukai pisang goreng keju, memilih menu ini sebagai menu utama dalam cooking class. Sebagai minuman, dipilih beberapa jus buah dan es milo. Berbeda dengan 4B. Mereka memilih roti bakar dan sandwich. Sebagai pelepas dahaga, anak 4B memilih jus buah. Begitu juga dengan kelas yang lain. Mereka memilih menu yang mereka favotikan.
Setelah semua masakan jadi, semua anak kelas IV menikmati jerih payah mereka dengan anak yatim piatu dari panti asuhan terdekat. Berbagi kebahagiaan, berbagi cerita, dan bercanda menghiasi indahnya siang itu. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil belajar memasak, mereka juga belajar berempati kepada sesama. Mereka juga belajar berbagai. Bahwa masih ada teman-teman mereka yang tidak sebahagia mereka. Selesai acara, para siswa merasa bersyukur masih bisa sekolah di tempat yang baik dan memiliki orang tua yang sangat menyayangi mereka. (amur)
Selengkapnya......
“Ini Ustadz. Nanti setelah beberapa saat, dia akan dikeluarkan lagi oleh toaster. Itu atinya roti sudah matang dan siap dibuat roti bakar.” Lanjut Rafi. “Pluk.” Suara toaster mengeluarkan dua roti yang tadi dimasukkan. Dengan pisau yang dibawa, Rafi mengambil roti itu dan menaruhnya dipiring. Dia masukkan dua roti lagi ke alat yang dia pakai itu. Sambil menunggu roti yang kedua panas, Rafi mengolesi roti yang sudah matang dengan selei coklat.
“Bagian ini harus diolesi selei ustadz agar roti terasa enak.”
Acara cooking class yang dilaksanakan oleh kelas IV ini berlangsung sangat meriah. Para siswa menyambut dengan sangat antusias.
“Sangat menyenangkan dan uenak.” Begitu komentar siswa-siswi kelas IV seputar acara cooking class yang dilaksanakan pada Sabtu, 06 Juni 2009.
“Kalau diadakan lagi, aku mau, Ustadz.” Begitu komentar Wima, siswa 4A yang diamini oleh teman-temannya.
“Aku bisa latihan kerjasama dengan teman-teman, terutama ketika memasak.” Begitu komentar Adit, siswa 4C yang kebagian membuat es campur.
Lain lagi dengan komentar Wima. “Kalau sudah belajar memasak gini, aku akan belajar memasak sendiri Ustadz. Jadi, misalnya di meja makan tidak ada masakan, aku akan memasak sendiri. Aku kan sudah bisa”
Menu yang diusung oleh tiap kelas berbeda-beda. Menu ini disesuaikan dengan selera kelas masing-masing. Siswa kelas 4A yang sebagian besar menyukai pisang goreng keju, memilih menu ini sebagai menu utama dalam cooking class. Sebagai minuman, dipilih beberapa jus buah dan es milo. Berbeda dengan 4B. Mereka memilih roti bakar dan sandwich. Sebagai pelepas dahaga, anak 4B memilih jus buah. Begitu juga dengan kelas yang lain. Mereka memilih menu yang mereka favotikan.
Setelah semua masakan jadi, semua anak kelas IV menikmati jerih payah mereka dengan anak yatim piatu dari panti asuhan terdekat. Berbagi kebahagiaan, berbagi cerita, dan bercanda menghiasi indahnya siang itu. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil belajar memasak, mereka juga belajar berempati kepada sesama. Mereka juga belajar berbagai. Bahwa masih ada teman-teman mereka yang tidak sebahagia mereka. Selesai acara, para siswa merasa bersyukur masih bisa sekolah di tempat yang baik dan memiliki orang tua yang sangat menyayangi mereka. (amur)
Label:
Kelas 4
Jumat, 05 Juni 2009
Jadwal UKn 2008-2009
Ulangan Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2008-2009 dilaksanakan 4 hari untuk kelas 1 s.d kelas 3, sementara untuk kelas 4 dan 5 dilaksanakan 5 hari. Selama UKn siswa masuk kelas pukul 07.10 Wib dan pulang pukul 12.30 Wib. Untuk materi UKn terdiri dari 30% materi semester 1 dan 70% materi Semester 2.
Selengkapnya......
Selengkapnya......
Label:
Jadwal,
Pengumuman,
UKn
Kamis, 04 Juni 2009
Indahnya Kejujuran
Alex Murgito *)
Negara kurang mampu bersaing bukan karena kurangnya orang pintar atau sumber daya, melainkan karena rendahnya kejujuran rakyatnya. Untuk itu, menanamkan kejujuran kepada siswa sebagai generasi penerus bangsa adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya dalam ceramah atau pelajaran, melainkan juga melalui pembiasaan sehari-hari.
Bahkan ada guyonan, kejujuran itu mahal harganya. Mungkin karena yang bilang itu jarang menemukan kejujuran pada diri orang yang ditemuinya. Ini berarti kejujuran adalah barang antik yang dicari setiap orang tetapi keberadaannya terbatas.
Berbeda jika kita dengan mudah menemukan kejujuran. Kejujuran menjadi murah harganya karena mudah ditemui di sekitar kita.
Sekolah yang berhasil menanamkan kejujuran pada para siswa akan dengan mudah mendapatkan hal itu di sekolah setiap hari. Hal ini seperti peristiwa yang terjadi pada hari Selasa, 2 Juni 2009. Seorang siswa yang sebenarnya sangat pintar dan pendiam, yang sebenarnya sangat wajar mendapat di atas rata-rata, sebuah nilai yang lebih baik dari yang lain, menunjukkan kesalahan yang menguntungkan dirinya.. Jawaban siswa tersebut, dalam sebuah tes 15 soal pilihan ganda dan 5 soal essay, hanya salah satu. Dalam kesempatan ini dimanfaatkan guru untuk mengukur kejujuran siswa, yaitu dengan memberi nilai seratus kepada siswa tersebut, sebuah nilai yang biasa dia dapatkan dan hal itu diakui teman-temannya. Namun, sebenarnya pada saat itu, siswa tersebut tidak berhak mendapat nilai seratus.
Apa yang terjadi ketika hasil tes dibagikan? Siswa tersebut melaporkan ke guru, “Ustadz, jawaban saya salah satu. Jadi saya tidak seharusnya mendapat nilai seratus.”
Guru itu tertegun kepada siswa tersebut. Dalam batin sang guru berkata, “Alhamdulillah, dia lulus tes kejujuran. Dia tidak mau hasil ulangannya tercampuri dengan sesuatu yang tidak jujur.”
“Ini anak-anak. Kita memiliki teman yang sangat jujur. Meskipun dalam kondisi yang menguntungkannya, dia mau mengakui kesalahan dan menanggung akibatnya. Siapa yang mampu jujur seperti ini, akan selalu dihargai dan dihormati oleh lingkungannya.”
Sebuah contoh kecil dari lingkungan mereka yang sangat menarik dan biasanya akan membekas lebih dalam. Kejujuran yang demikian perlu kita jaga dan kita perkuat dengan memberi reward kepada kejujuran yang demikian. Bisakah hal itu kita lakukan bersama? (amur)
*) Guru SDBI Al Hikmah Surabaya
Selengkapnya......
Negara kurang mampu bersaing bukan karena kurangnya orang pintar atau sumber daya, melainkan karena rendahnya kejujuran rakyatnya. Untuk itu, menanamkan kejujuran kepada siswa sebagai generasi penerus bangsa adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya dalam ceramah atau pelajaran, melainkan juga melalui pembiasaan sehari-hari.
Bahkan ada guyonan, kejujuran itu mahal harganya. Mungkin karena yang bilang itu jarang menemukan kejujuran pada diri orang yang ditemuinya. Ini berarti kejujuran adalah barang antik yang dicari setiap orang tetapi keberadaannya terbatas.
Berbeda jika kita dengan mudah menemukan kejujuran. Kejujuran menjadi murah harganya karena mudah ditemui di sekitar kita.
Sekolah yang berhasil menanamkan kejujuran pada para siswa akan dengan mudah mendapatkan hal itu di sekolah setiap hari. Hal ini seperti peristiwa yang terjadi pada hari Selasa, 2 Juni 2009. Seorang siswa yang sebenarnya sangat pintar dan pendiam, yang sebenarnya sangat wajar mendapat di atas rata-rata, sebuah nilai yang lebih baik dari yang lain, menunjukkan kesalahan yang menguntungkan dirinya.. Jawaban siswa tersebut, dalam sebuah tes 15 soal pilihan ganda dan 5 soal essay, hanya salah satu. Dalam kesempatan ini dimanfaatkan guru untuk mengukur kejujuran siswa, yaitu dengan memberi nilai seratus kepada siswa tersebut, sebuah nilai yang biasa dia dapatkan dan hal itu diakui teman-temannya. Namun, sebenarnya pada saat itu, siswa tersebut tidak berhak mendapat nilai seratus.
Apa yang terjadi ketika hasil tes dibagikan? Siswa tersebut melaporkan ke guru, “Ustadz, jawaban saya salah satu. Jadi saya tidak seharusnya mendapat nilai seratus.”
Guru itu tertegun kepada siswa tersebut. Dalam batin sang guru berkata, “Alhamdulillah, dia lulus tes kejujuran. Dia tidak mau hasil ulangannya tercampuri dengan sesuatu yang tidak jujur.”
“Ini anak-anak. Kita memiliki teman yang sangat jujur. Meskipun dalam kondisi yang menguntungkannya, dia mau mengakui kesalahan dan menanggung akibatnya. Siapa yang mampu jujur seperti ini, akan selalu dihargai dan dihormati oleh lingkungannya.”
Sebuah contoh kecil dari lingkungan mereka yang sangat menarik dan biasanya akan membekas lebih dalam. Kejujuran yang demikian perlu kita jaga dan kita perkuat dengan memberi reward kepada kejujuran yang demikian. Bisakah hal itu kita lakukan bersama? (amur)
*) Guru SDBI Al Hikmah Surabaya
Label:
kejujuran,
pendidikan,
pengalaman
Kamis, 28 Mei 2009
Kualitas Pendidikan dalam Pilinan Uang
Mohammad Efendi *)
Menepiskan anggapan bahwa pendidikan tidak perlu modal besar, untuk era kini, mungkin hanya akan melahirkan cap gombal. Karena kenyataan telah membelalakkan mata kita, bahwa uang sering kali menjadi penentu kualitas pendidikan.
Ini telah terbukti, baik dalam ruang sempit maupun luas. Dalam lingkup pribadi, satuan pendidikan, maupun nasional. Hingga sebuah kegetiran sering menjadi peneman duka kaum papa, karena tiket memperoleh kelayakan ilmu tak mereka dapati. Tak salah kiranya jika sitir keputusasaan melagu dalam dada mereka: orang miskin dilarang sekolah. Hal inilah yang memurukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) negeri ini ke peringkat 155, dari 150 negara.
Seorang teman wadul kepada saya; Mengapa sekolah baik itu mahal? Gelagapan saya mendapati kenyataan, bahwa ternyata ia telah menemukan satu garis ruwet yang terangkai dengan tak indah dalam variabel pendidikan kita. Saya pun manggut-manggut.
Mahalnya mewujudkan pendidikan berkualitas pasti tak hanya memusingkan dia sendiri. Tapi juga pemerintah kita. Saking semangatnya mengerek kualitas pendidikan Indonesia, sampai-sampai mereka berani mengalokasikan dalam APBN, 20 persen untuk sektor pendidikan. Meskipun kenyataan ternyata berbicara lain. Jauh panggang dari api. Dari seperlima anggaran APBN, hanya sekitar 9,1 persen saja yang bisa dipenuhi. Upaya mengangsur kuaitas pendidikan juga dilakukan pemerintah lewat BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Tujuan bantuan ini adalah untuk mengurangi beban wali murid dalam membayar uang sekolah anaknya. Namun, ironisnya, yang muncul di media massa, masih ada juga sekolah yang menarik biaya ini-itu dari siswa. Atau mengakali meninggikan pungutan sekolahnya, hingga wali murid tetap harus membayar kekuranyannya. Senapas dengan BOS, baru-baru ini sekolah menerima aliran dana BOS buku. Sesuai namanya, BOS buku ini dialokasikan untuk pembelian buku paket siswa. Buku paket yang tercover tunjangan ini ada tiga: Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Masing-masing buku paket mendapat tunjangan 20 ribu rupiah. Namun sayang, pencairan dana ini tak sesuai waktu. Pencairannya dilakukan pada pertengahan semester. Hingga dapat dipastikan, tetap saja wali murid merogoh kantongnya untuk membeli buku paket. Karena pembeliannya dilakukan di awal semester.
Sisi lain yang membuat seretnya guliran roda pendidikan di negeri ini memang masih mahalnya buku. Namun, bukan tak ada contoh negara yang berhasil menekan harga buku sedemikian rupa, hingga bisa dijangkau khalayak umum. Bukan hanya buku-buku pelajaran yang ringan di katong, tapi juga koran dan majalah. Negara tersebut adalah India. Sebuah negara yang kian mengukuhkan cengkeramannya di Asia, selain Tiongkok. Resep yang dijalankan India tidak rumit; subsidi kertas. Guna menekan harga buku-buku asing, pemerintah tak segan-segan bekerja sama dengan penerbit-penerbit besar, seperti Penguin Book. Tujuannya, agar buku yang mereka terbitkan, dapat dicetak di India saja. Hingga akhirnya, banderol harga yang sampai di konsumen bisa murah. Ini bisa ditiru pemerintah. Alokasi subsidi BBM bisa sebagian dialihkan ke sektor ini. Melongok ke belakang, sebenarnya keinginan memurahkan harga buku sebenarnya telah disampaikan oleh Bung Karno. Dalam sebuah rapat akbar, beliau pernah memerintahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masa itu, Priyono, untuk menerbitkan buku murah untuk rakyat.
Sebagai penutup tulisan ini, disadari, bahwa sesungguhnya beratnya beban pendidikan Indonesia tak selayaknya hanya diserahkan pada pemerintah. Memosisikan pemerintah sebagai single fighter hanya akan melahirkan harapan semu belaka. Oleh karenanya, butuh pemberdayaan elemen-elemen masyarakat. Kita mensyukuri adanya wadah-wadah katalis kualitas pendidikan yang kini muncul di Surabaya dan sekitarnya. Semacam KPI (Konsorsium Pendidikan Islam), dan lainnya. Tapi, untuk lahan garapan seluas Indonesia raya, butuh puluhan, mungkin ratusan wadah seperti itu. Pertanyaannya, maukah kita mengambil bagian untuk itu?
efendialhikmah@yahoo.co.id
*) Guru SD Al Hikmah Full-Day School Surabaya
Label:
guru,
opini,
pendidikan
Rabu, 27 Mei 2009
Melatih Kewirausahaaan Lewat Business Day
Berbagai makanan dan minuman tersaji di meja anak-anak kelas 2 SD Al Hikmah.tak lupa juga terpampang didepannya harga makanan dan minuman yang akan dijual. Itulah gambaran tentang kegiatan Business Day. Kegiatan ini diadakan anak-anak kelas dua di lantai dua.
Kegiatan ini dibagi dua tahap, yaitu tahap pertama yang diadakan pada hari Rabu untuk enek-anak kelas 2 A, 2B, dan 2C. Untuk tahap kedua, diadakan hari Kamis besok untuk kelas 2D, 2E, dan 2F. Kegiataan ini pertama dibuka oleh Ust. Sholikin selaku Waka kesiswaan. Kemudian, kegiatan jual beli pun mulai tampak di acara Business Day. Kegiatan ini bertujuan utuk melatih para siswa untuk berwirausaha dan mandiri dalam melakukan jual beli dan menghitung uang secara nyata. Dengan begitu, anak-anak dapat mengetahui dan memahami fungsi uang dan nilai nominalnya. Acara ini disambut dengan antusias oleh anak-anak SD Al Hikmah serta oleh para Ustad dan Ustadzah yang memadati lokasi diadakan Bisnis Day. Mereka dapat membeli berbagai makanan dan minuman yang disajikan oleh anak-anak kelas 2. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari harga 500 rupiah sampai dengan 3000 rupiah, Bukan keuntungan yang didapat dari penjualan berbagai makanan dan minuman tersebut, tetapi pengalaman yang tak terlupakan saat mereka menawarkan dagangannya dan ,menghitung uang kembaliannya. (sugeng)
Selengkapnya......
Label:
aktivitas,
berita,
kewirausahaan,
siswa
Rabu, 20 Mei 2009
Mengkritisi Hasil Rakornas Revitalisasi Pendidikan Nasional: Efektifkah Unas Model Paket?
Mohammad Efendi *)
Perdebatan tentang Ujian Nasional (Unas) seakan tak pernah habisnya. Sikap pro-kontra, atau ide segar selalu mengemuka. Terutama masa-masa usai Unas seperti sekarang. Sedikit menengok ke belakang, ide kreatif yang beralur pada keberagaman mutu pendidikan Indonesia mengemuka pada Rakornas Revitalisasi Pendidikan Nasional tahun lalu. Helatan diskusi pendidikan yang diselenggarakan pada akhir Agustus ini merekomendasikan perlunya modifikasi Unas.
Unas mendatang tak sama dengan Unas tahun lalu. Penyelenggara Unas mendatang akan membuat tiga paket soal; paket A, B, dan C. Paket-paket soal tersebut dibuat untuk menyesuaikan level kualitas tiap-tiap sekolah. Sekolah terbaik kualitas pendidikannya akan menerima Unas Paket A. Sekolah yang sedang-sedang saja kualisa pendidikannya menerima Unas Paket B. Sedangkan sekolah yang terkategori kurang, siswanya harus cukup puas mengerjakan Unas Paket C.
Memang, siapapun orangnya, baik tim atau perorangan, bila diminta menyusun sebuah format Unas yang sesuai dengan kondisi akademis Indonesia pastilah dibuat puyeng. Bagaimana tidak. Variabel-variabel yang turut mewarnai bentuk ideal Unas sangatlah tidak mendukung terbentuknya sebuah standar evaluasi yang ideal. Seperti yang kita ketahui, sebuah standar yang ideal itu menuntut kesamaan (atau kenyarissamaan) semua aspek pendukung. Semua itu meliputi segala hal yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan proses pendidikan; kualitas guru, sarana pendidikan, dan kurikulum, serta pendekatan pembelajaran. Sedang fatka di lapangan membuktikan, kualitas akademis di wilayah Indonesia belumlah merata. Jangankan berbicara tentang kualitas proses belajar-mengajar, masalah guru dan bagunan fisik sekolah saja masih kerap mencuat sebagai masalah utama pendidikan di daerah tertinggal. Sudah menjadi rahasia umum, jika sebagian besar guru akan berusaha menyelamatkan diri dari penempatan di daerah tertinggal. Bila perlu, uang dan koneksi kerap bicara. Walhasil, satu sekolah kadang hanya diajar oleh dua orang guru saja. Itu yang pernah terjadi di pelosok Papua, Yahukimo. Masalah krusial selanjutnya adalah kondisi fisik sekolah. Meski tiap tahun APBN dan APBD mengalokasikan dananya untuk renovasi bagunan sekolah, kenyataannya, masalah kondisi kelas yang tak layak digunakan masih sering dikeluhkan. Tak hanya di luar Jawa, di Jawa pun masih kerap dijumpai. Oleh karena itulah, jika berpijak pada keharusan tersebut, wajar jika hingga kini pemerintah belum mampu menyusun sebuah standardized test (tes yang distandarkan) yang ideal.
Bagaimana dengan ikhtiar memformat Unas model paket ini? Sudah cukup idealkah dilakukan di Indonesia? Elin Driana, pada sebuah tulisannya menuturkan, sepintas gagasan ini menyiratkan keadilan. Namun, diakui atau tidak ada potensi masalah yang tersimpan di dalamnya. Tidak mustahil, kontroversi seputar Unas akan menjadi-jadi jika tes model ini jadi diberlakukan. Menurut peserta Program Doktor Riset dan Evaluasi Pendidikan di Ohio University ini, kontroversi itu menyangkut, pertama: alat ukur penentuan level sekolah peserta Unas. Sudah validkah alat ukur tersebut? Lalu, bagaiman proses pengukuran mutu sekolah? Kedua, gangguan yang ditimbulkan pada proses belajar mengajar. Bisa dibayangkan, sekolah yang berlevel A, pasti memberikan bobot latihan lebih tinggi dibandingkan dengan level B dan C. Ini menimbulkan kesenjangan materi pelajaran (kurikulum). Dan ketiga, berkaitan dengan citra sekolah. Sekolah berlevel C pasti kurang diminati murid baru. Sedang siswa yang bersekolah di satuan pendidikan itu pasti menanggung beban mental yang berat. Lebih parah jika nanti ia dicap sebagai anak bodoh oleh teman seangkatan yang sekolah di sekolah level A dan B. Masalah keempat, menyangkut ijazah yang dikeluarkan sekolah. Apakah di ijazah tersebut ada pelabelan A, B, dan C atau tidak? Ini dimungkinkan, karena alat ukur yang digunakan beda. Jika ada, samakah perlakuan bagi ketiga jenis ijazah itu? Kita tunggu saja akhirnya.
Jika dikembalikan pada filosofi standar, rasanya ini bertentangan sekali. Standar dapat diartikan sebagai sebuah ukuran yang bisa dijadikan patokan suatu hal. Patokan yang bisa dianggap mewakili secara menyeluruh akan sesuatu yang bersifat jamak. Berdasar pada hal tersebut, maka pelevelan sekolah tentulah bertentangan dengan filosofi tersebut. Terlebih lagi bila kemudian standar akhir evaluasinya dibeda-bedakan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan tujuan awal.
Namun demikian, kita menyadari, menggunjingkan Unas tak akan ada habisnya. Langkah terbaik adalah membenahi vaeriabel-variabel yang berkaitan dengan standardized test. Apapun model Unas yang didesain Depdiknas, pasti tak akan menyentuh hasil maksimal, selama kesenjangan kualitas pendidikan masih menempatkan dirinya sebagai kanker pendidikan. Prinsip standardisasi adalah kesamaan. Karena itu, penilaian yang benar-benar standar akan terwujud jika semua aspek pendukungnya benar-benar teratur dan berkualitas merata. Jika masih terdapat kesenjangan yang mencolok antara satuan pendidikan satu dengan satuan pendidikan yang lain, jangan bermimpi sebuah standardisasi akan terwujud. Ibarat mimpi di siang bolong.
Bolehlah sekarang pemerintah, lewat tangan Depdinas merumuskan Unas model terbaru, yaitu Unas model paket A, B, dan C. Tapi dapat dipastikan, buntut dari penerapan ini akan berbuah kontroversi di masyarakat. Kontroversi yang kerap menghbiskan energi positif untuk membenahi negeri ini. Belajar dari kekisruhan Unas tahun lalu, tarik-ulur Unas malah berujung pada tuntutan di meja hijau. Siswa dan wali murid yang merasa bisa, tapi tak lulus Unas, mengadu ke Komnas HAM dan YLBHI. Mengenaskan. Niat baik pemerintah untuk menyetandarkan evaluasi pendidikan malah berujung sebuah tuntutan. Jadinya, banyak energi terbuang percuma di sana. Energi yang sejatinya bisa digunakan secara efektif untuk membenahi kualitas bangsa yang kian terpuruk di mata dunia. Berdasar pada laporan survei Institue of Management Development (IMD) tahun ini, daya saing kita di peta dunia berada di posisi ke-60. Turun satu tangga dari tahun sebelumnya. Di bawah kita ada Venezuela. Namun, negeri jiran, Malaysia, bercokol di peringkat 23. Thailang di posisi 32. dan seperti biasanya, Singapura selalu berada di peringkat papan atas, yaitu ke-3.
Langkah terbaik yang hendaknya dipilih oleh Depdiknas dan BSNP adalah membuat langkah terpadu; pertama, perumusan Unas, dan kedua, mendorong pemerataan kualitas pendidikan di seluruh hamparan nusantara. Rumusan Unas yang dihasilkan hendaklah mengakomodir potensi-potensi nyata yang ada di pendidikan Indonesia. Dan yang lebih penting lagi adalah, sosialisasi rumusan Unas kepada satuan-satuan kerja dan satuan pendidikan di bawahnya. Ini penting! Sangat penting. Karena sesungguhnya, kesepahaman merupakan peredam kontroversi yang selama ini mengiringi pemberlakuakn Unas. Membuang energi percuma. Kesepahaman ini menyangkut pola pandang yang sama, bahwa Unas yang diadakan ini adalah Unas yang belum ideal. Ibarat menutup plester di kulit yang luka. Ini disebabkan masih menganganya kesenjangan kualitas satuan pendidikan yang ada di Indonesia.
Langkah kedua yang mutlak dilakukan Depdiknas dan BSNP adalah mendorong percepatan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh penjuru tanah air. Ini sejatinya langkah yang paling urgen, dan paling diperlukan untuk dapat merumuskan evaluasi yang distandarkan. Ibarat sebuah bangunan, pemerataan kualitas sekolah adalah fondasinya. Langkah riil yang bisa dilakukan adalah mendesak realiasasi alokasi 20% APBN dan APBD. Realisasi ini begitu mendesak dilakukan untuk dilakukan. Dan disadari, langkah ini tak akan semudah membalik telapak tangan. Butuh proses yang makan waktu. Karena hingga kini, meski telah diketok keputusannya, namun belum bisa diwujudkan. Pos-pos anggaran lain masih mengoda untuk digelembungkan, merampas jatah pos pendidikan. Belum teralisasinya jatah 20% belanja negara (APBN) untuk pembiayaan pendidikan ini serupa dengan belanja daerah (APBD). Hingga kini, belum ada satu daerah pun yang ammpu memenuhi target tersebut, termasuk kota Metropolis, Surabaya. Urgensi realisasi pos 20% pendidikan ini adalah agar peningkatan kualitas pendidikan naik signifikan. Tidak melata, atau stagnan. Kualitas guru meningkat karena terkatrol oleh pelatihan-pelatihan, fasilitas sekolah yang bobrok juga bisa lekas diperbaiki. Selain itu, untuk menggairahkan penempatan guru di daerah tertinggal, perlu realisasi janji insentif bagi guru. Ini semua butuh uang. Butuh dana yang besar. Dan tuntutan realisasi dana pendidikan maksimal sesuai dengan keputusan adalah sebuah kepastian. Jadi, apalagi yang ditunggu? efendialhikmah@yahoo.co.id
*) Guru SDBI Al Hikmah
Langganan:
Postingan (Atom)
kontak via email : sdalhikmah@gmail.com